Wisata yang seharusnya menyenangkan malah berujung petaka. Dua siswa SDN 009 Bontang Selatan terpaksa bertaruh nyawa usai tenggelam di Pulau Beras Basah, Minggu (4/3) kemarin. Satu siswa kondisinya kritis, sementara satu siswa lainnya terpaksa menyerah dengan maut.
ADAM Sudiro (12) dan Muhammad Ihsan (12) adalah dua siswa yang tidak beruntung itu. Bersama ke-30 siswa lainnya dan wali kelas VI B, mereka sejatinya hendak bersenang-senang sebelum menghadapi Ujian Akhir Sekolah (UAS). Namun, musibah justru menghampiri mereka.
Kejadian nahas itu bermula ketika wali kelas yang hanya seorang diri menjaga ke-32 muridnya pergi ke toilet. Sekira beberapa menit ditinggal, kedua korban sudah tenggelam di bibir pantai Pulau Beras Basah.
Kapolres Bontang, AKBP Dedi Agustono melalui Kasat Polair Polres Bontang mengatakan, kedua korban yakni Adam Sudiro dan M Ikhsan sekira pukul 08.00 Wita bersama teman-temannya melakukan renang bersama. Saat sedang bermain, Adam tiba-tiba tenggelam karena tak bisa berenang. “Korban sempat tertolong dan dibawa ke RS Amalia, tetapi nyawanya tidak bisa diselamatkan,” jelas Kamaruddin, Minggu (4/3) kemarin.
Atas kejadian tersebut, polisi pun tak tinggal diam. Sekira pukul 11.00 Wita, Sat Polair Polres Bontang bersama Sat Reskrim Polres Bontang dan Inafis melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim Iptu Rihard.
Dijelaskan Rihard, Minggu kemarin sekira pukul 07.30 Wita, rombongan kelas VI B SDN 009 Bontang Selatan sebanyak 32 siswa bersama wali kelasnya AM (48), berangkat dari Pelabuhan Tanjung Laut Indah menuju Pulau Beras Basah. Mereka hendak berwisata di sana, setelah sehari sebelumya AM telah mengumpulkan para orang tua wali siswa untuk mengumumkan hal ini.
“Namun gurunya ini tidak ingat apakah semua orang tua yang hadir mengizinkan anak-anaknya ikut ke Beras Basah. Mereka pun nyewa kapal besar seharga Rp 500 ribu dan sampai di sana jam 08.00-an,” ujarnya.
Sampai di sana, AM mengumpulkan dulu para muridnya untuk diberi arahan dan ditentukan wilayah mana saja yang boleh digunakan untuk bermain. Mengingat kondisi air laut yang sedang pasang dan cukup tinggi. “Maka mereka hanya diperbolehkan bermain di sisi kanan dari dermaga saja,” terang dia.
Guru AM pun masih sempat mengantar anak-anaknya bermain di pantai, dan ada beberapa anak yang bermain bola di bibir pantai. Saat itu, AM pun hendak ke toilet sehingga anak-anak bermain diluar pengawasannya. Tetapi ketika dalam toilet, AM mendengar istrinya teriak memanggil namanya karena ada anak tenggelam. Dengan sigap, AM pun lari ke air untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Saat itu juga, kebetulan ada dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bontang untuk berpatroli pengamanan hari libur, mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan,” ungkap dia.
Mereka masih di dermaga sambil membereskan peralatannya. Mendengar ada yang teriak tenggelam, mereka pun segera datang untuk memberikan pertolongan. Namun karena air laut terlihat tenang (tidak ada tangan yang melambai), sehingga belum bisa dipastikan siapa yang tenggelam. Akhirnya, AM pun mengumpulkan para muridnya untuk mengecek siapa yang hilang.
“Barulah setelah dicek semua didapatkan satu nama yang hilang, maka langsung dicari arahnya kemana korban tersebut hilang,” ujarnya.
Karena saat itu air laut sedang pasang tinggi hingga mencapai kedalaman 2 meter di bibir pantai, maka pihak BPBD sudah bisa menyesuaikan arus laut untuk memperkirakan hilangnya korban atas nama Adam. “Alhasil, korban pun ditemukan dalam posisi tengkurap di dasar pantai yang kemudian diangkat oleh BPBD untuk diberikan pertolongan pertama. Tetapi korban tak merespon makanya langsung dibawa ke RS Amalia,” bebernya.
“Sampai di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa korban sudah meninggal dunia,” sambungnya.
Kejadian tenggelam saat itu ada dua TKP, namun korban satunya yakni M Ikhsan masih bisa diselamatkan dan saat ini sedang dalam perawatan medis.
Sementara untuk wali kelasnya, yakni AM, polisi masih mendalami apakah memang murni kecelakaan atau ada kelalaian. Jarak dari toilet ke TKP sekitar 120 meter. Namun jika dari bibir pantai jaraknya sekitar 60 meter. Beruntung saat dilakukan olah TKP, air laut sednag surut sehingga memudahkan prosesnya. “Hanya saja korban tidak bisa berenang, sementara guru wali kelasnya juga tidak bisa berenang. Jadi kasusnya masih kami dalami,” tutupnya.(mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: