ABDULLAH (77) yang ditemukan dalam kondisi tewas di dalam rumahnya dijuluki manusia pohon oleh warga sekitar. Pasalnya, Abdullah atau Dullah, selalu membuat pondok atau gubug di bawah pohon yang besar. Dullah juga dikenal banyak hartanya berupa tanah oleh warga sekitar.
Ermayanti alias Kaisar merupakan kakak dari Hardiyanti yang tinggal bersebelahan dengan TKP. Kaisar merupakan saudara angkat dari pemilik rumah atas nama Dewi. “Rumah besar itu awalnya yang huni bule (orang asing, Red.), setelah itu dibeli sama saudara angkat saya ibu Dewi, nah adik saya yang saya minta untuk tinggal disitu. Termasuk jika ada orang tua dan keluarga pun pasti tinggal disitu, tetapi saat ini masih di Sulawesi,” papar dia.
Kaisar bercerita bahwa dulunya almarhum Dullah tinggal di depan SMPN 5 Bontang yakni area Perumahan Temputu. Dullah tinggal dengan membuat gubug yang bersandar pada pohon besar. Kala itu, Perumahan Temputu belum dibangun dan masih berupa lahan kosong.
Ketika akan dibangun perumahan, Dullah beserta temannya yang juga dijuluki rumah pohon diusir dari wilayah tersebut. Kaisar mengaku tidak tahu awalnya Dullah pindah ke mana. Namun kemudian, karena kenal dengan pemilik rumah yakni Dewi, Dullah pun membangun pondok kecil yang menempel pada dinding rumah Dewi. “Gubug tersebut dia bangun sendiri dengan keluarganya,” imbuhnya.
Kaisar mengatakan, sebenarnya almarhum memiliki banyak harta. Karena sepengetahuannya, Dullah mempunyai tanah di wilayah Sempayang Guntung dan wilayah Bontang Lestari. Biaya hidup Dullah pun ditanggung oleh Baiturrahman, mulai dari makanan hingga kebutuhan bulanan. “Saya tahu tanah almarhum itu dari seorang pembeli tanahnya dia, katanya banyak tanahnya pak Dullah itu,” ungkapnya.
Selain memiliki tanah, beberapa waktu lalu pun Kaisar mengetahui bahwa Dullah sempat membeli motor secara tunai. Hanya saja, motor tersebut digunakan oleh keluarganya. Termasuk parabola televisi yang kemudian diambil oleh keluarganya.
Disinggung mengenai kehidupan Dullah yang tercatat sebagai keluarga miskin, tetapi memiliki beberapa tanah, Kaisar tak mengetahuinya. “Cuma tidak tahu kenapa bapaknya mau hidup seperti ini, padahal setahu saya hartanya banyak,” ujarnya.
Ketua RT 22 Hj Nur Alam mengakui bahwa Abdullah merupakan warganya. Dia juga tercatat sebagai penerima bantuan beras sejahtera (rastra). “Iya benar warga saya,” singkatnya.
Lurah Loktuan Sofiansyah bersama stafnya mengatakan, pada Jumat lalu ada keluarga korban yang mengambil jatah rastra untuk bulan Desember. Pihak kelurahan lantas bertanya kemana Pak Abdullah, namun keluarganya mengaku jika Abdullah sedang sakit. “Tetapi saya tidak tahu sakitnya apa, karena biasanya pak Dullah sendiri yang mengambilnya langsung menggunakan ojek, makanya kemarin ditanyakan kemana pak Dullahnya,” pungkasnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: