Saat ini, papar Novin, tayangan televisi hanya menampilkan judulnya saja yang terkesan anak-anak. Bertolak belakang dengan judulnya, isi film tersebut malah menggambarkan kehidupan orang dewasa sepertu pacaran, kekerasan dan sebagainya. “Dengan dibuatnya tugas praktikum ini, semua mahasiswa bisa paham bahwa perfilman di Indonesia harus dibenahi. Salah satunya dengan menghidupkan kembali film anak,” jelasnya lebih lanjut.
Sebanyak 176 mahasiswa yang terbagi dalam 17 kelompok mengangkat isu yang beragam tentang anak. Pesta film anak itu mengangkat tema “Mengembalikan Identitas Anak Bangsa Dari Modernitas Perfilman”. Menurut Novin, tema tersebut menjelaskan bahwa tayangan televisi yang semakin modern, sedikit demi sedikit menggeser kebiasaan anak dalam kesehariannya.
Pesta film anak itu disebut Novin sebagai pemantik awal, yang akan dijadikan patokan untuk praktikum-praktikum selanjutnya. “Ke depan, praktikum AV 1 akan didesain seperti ini. Mahasiswa akan ditugaskan membuat film yang mengangkat sejarah-sejarah dan kearifan lokal yang tetap dalam lingkup dunia anak,” ungkap Novin.
Salah satu judul yang ditayangkan adalah ‘Ngider’. Film yang mengangkat isu asyiknya mencari Tunjangan Hari Raya (THR) bagi anak kecil. Ariel Pratama Effendi, salah satu kru film ‘Nginder’ menjelaskan, pada saat lebaran anak-anak akan berkumpul untuk berkeliling meminta THR sembari berjabat tangan dan bermaaf-maafan ke setiap rumah.
“Dengan mengangkat film ini, harapan kami tradisi memaafkan saat lebaran tetap terjaga dan penonton bisa lebih paham makna lebaran melalui media film,” ujar mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 5 ini. (zul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post