BONTANG – Wakil Wali Kota Bontang Basri Rase mengungkapkan pemenuhan kebutuhan air bersih di Bontang saat ini mengandalkan air bawah tanah. Kondisi ini rawan terhadap kondisi kelestarian lingkungan. Itu sebabnya, dia meminta agar kedepan ada alternatif lain untuk menjawab persoalan tersebut.
“Saya hanya akan menekankan bahwa kita ini mendapatkan air yang bersumber dari air bawah tanah atau deepwell, ke depan tidak boleh lagi gunakan itu, harus cari sumber air permukaan,” tekannya.
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menuturkan jika tak ada alternatif lain, lama-kelamaan yang disedot adalah air asin. Untuk itu, diperlukan perubahan bahan baku ke air permukaan. “Sekarang jumlah penduduk Bontang 160 ribu lebih. Kalau satu orang pakai 50 liter air per hari, sudah hampir 9 juta liter yang dipakai,” katanya.
Saat ini, terdapat 21 ribu pelanggan PDAM Tirta Taman. Mereka mendapat pasokan dari tujuh water treatment plant (WTP) yang tersebar di antaranya Kecamatan Loktuan, Guntung dan Bontang Lestari serta Jalan KS Tubun.
Selain mengusahakan penggunaan air permukaan, Neni mengungkapkan untuk menerapkan metode desalinasi air laut. “Biayanya memang mahal, tapi tetap kami pertimbangkan,” tuturnya.
Perempuan yang juga menjabat sebagai ketua DPD II Golkar Bontang itu meminta kepada warga Kota Taman untuk rajin menanam pohon. Semakin banyak pohon, bisa meminimalisasi pengurangan jumlah volume air tanah.
Jika pembangunan Bendungan Marangkayu, Kukar, terealisasi, Bontang sejatinya bisa memanfaatkannya sebagai bahan baku. Namun prosesnya hingga kini masih berjalan. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post