Oleh :
Mujahidul Wathoni, S.Ag, M,Pd
(Wakil Ketua 5 PD Muhammadiyah Kutim)
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT. Karena kita termasuk orang yang dipilih untuk diberi kesempatan bertemu dengan bulan suci Ramadan 1438 H, kesempatan ini adalah anugerah dari Allah SWT yang tidak ternilai harganya. Karena Ramadan adalah bulan suci, bulan berkah, bulan pahala, dan bulan curahan rahmat. Diturunkan Allah SWT untuk memberi peluang kepada hamba-hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri.
Dihadiahkan kepada umat manusia untuk memberi peluang bertaubat , menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan sebelum Ramadan tiba, menjanjikan orang yang berpuasa surga, membelenggu setan-setan agar tidak leluasa menggoda, membuka pintu surga agar memudahkan hamba-Nya untuk masuk . Maka Ramadan menjadi peluang emas bagi hamba yang beriman untuk berasyik menjalin hubungan dengan Allah SWT. melalui puasa, taddarus Al-qur`an, qiyamul lail, i`tikaf di masjid dan memperbanyak sedekah.
Rasullah SAW bersabda dalam hadist qudsi, Allah SWT berfriman, “ Setiap amalan anak Adam adalah miliknya kecuali puasa, Ia adalah milik-ku dan aku sendiri yang akan membalasnya “ ( HR. Bukhari ( 1771) dan Muslim ( 1944) ).
Dalam hadist qudsi ini Allah menegaskan bahwa semua amal ibadah yang dilakukan seorang hamba adalah untuk dirinya sendiri, seperti ibadah sholat, zakat, haji dan ibadah yang lain, kecuali puasa, Allah menganggap bahwa puasa yang dilakukan seorang hambah adalah milik Allah dan allah sendiri yang akan memberikan balasan pahala kepada setiap hamba yang melakukanya.
Penisbatan ibadah puasa dan balasan pahalanya kepada Allah SWT memiliki makna yang sangat agung dan mulia bagi ibadah ini, celakalah bagi seorang Muslim yang enggan melakukan ibadah puasa atau menjalankanya namun tidak dilandasi dengan keimanan dan niat karena Allah SWT, sehingga ia tidak mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rasul SAW.
Mengapa Allah menisbatkan ibadah puasa ini kepada diri – Nya dan akan memberikan sendiri balasan pahalanya? Pertama, Karena ibadah puasa tidak tersusupi sifat riya`. Al-qurtubi berkata: “ Amal ibadah anak – anak Adam memungkinkan untuk disusupi riya`, berbeda dengan puasa, tidak ada seorang pun yang mengetahui ketika puasa itu dilakukan kecuali Allah, dimana secara lahiriyah kondisi seorang yang menahan diri tidak makan karena kenyang sama seperti kondisi orang yang menahan diri tidak makan karena niat mendekatkan diri kepada Allah “.
Ibnu hajar berkata : “ Bahwa puasa tidak mungkin tersusupi riya` dengan mengerjakanya, tetapi mungkin tersusupi riya` dengan mengatakanya”, seperti orang berpuasa lalu ia memberitahukan kepada orang lain bahwa ia berpuasa. Jadi, masuknya niat riya` ke dalam ibadah puasa hanya terdapat pada sisi pembritahuan, bukan pada hakikat amal yang dilakukan.
Kedua, Puasa lebih kepada sifat Allah dibanding dengan sifat manusia, Ibnu Hajar berkata, “ Tidak membutuhkan makanan dan pemenuhan syahwat lainya termasuk sifat – sifat Allah, ketika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah puasa yang sesuai dengan sifat – sifatnya, maka Allah menisbatkan ibadah itu kepada diri-Nya.”
Oleh karena itu kita kaum muslimin tentunya tidak menyia –nyiakan kesempatan yang luar biasa ini untuk mendapatkan pahala dari Allah yang tak terbatas, yaitu dengan mengisi setiap waktu pada bulan suci Ramadan dengan amalan –amalan yang sudah ajarkan oleh Rasullah Saw.
Kita giatkan qiyamul lail dengan khusuk sebagai media untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, kita giatkan taddarus Al-qur`an dengan membaca, memahami dan mengamalkan pesan – pesan ilahi yang terkandung didalamnya sehingga menjadikan hati kita semakin tenang dan bermakna, kita hidupkan `iktikaf di Masjid sebagai wahana intropeksi diri selama ini telah banyak tingkah laku yang jauh dari ajaran –ajaranya, dan kita hidupkan shodaqoh jariyah kepada sesama manusia yang duafa` dan mereka yang membutuhkan, karena sesungguhnya apa yang kita belanjkan dijalan allah itu akan dibalas dengan berlipat –lipat oleh-Nya. Dan amalan – amalan kebajikan yang lain.
Dengan mengisi kegiatan –kegiatan yang positif diatas semoga kita termasuk orang yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT yang telah dijanjikan yaitu pahala yang tidak terbatas, dan ibadah puasa kita akan semakin bermakna dihadapan allah SWT sehingga tujuan dari ibadah puasa ini akan bisa kita capai dengan maksimal.
Yaitu menjadi pribadi – pribadi Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, kemudian menjadi keluarga – keluarga yang bertaqwa kepada Allah SWT, kemudian menjadi Masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan menjadi Negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: