Jakarta – ISIS menyerukan para pejuangnya untuk menyerang negara-negara Arab yang mereka anggap sebagai “negara murtad.”
Melalui rekaman suara berdurasi beberapa jam, juru bicara ISIS, Abu Hassan Al-Muhajir, meminta seluruh anggota kelompok teroris itu untuk mencurahkan amarah terhadap pemimpin negara Arab.
Dalam rekaman yang dirilis ke sebuah grup obrolan aplikasi pesan instan Telegram itu, Al-Muhajir menganggap “tidak ada bedanya” antara memerangi Arab Saudi, Mesir, Iran, dan Palestina dengan menyerang Amerika Serikat dan Eropa.
Dia menganggap negara Arab sudah tersesat dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Al-Muhajir pun menyebut negara Arab pantas diperlakukan lebih keras karena “mereka adalah negara Arab yang lebih jahat terhadap Islam.”
Al-Muhajir juga menyerukan pejuang ISIS untuk lebih banyak membunuh umat Muslim, tidak hanya Syiah yang dianggap sesat, tapi juga kaum Sunni.
Dalam rekaman itu, ISIS juga menyerukan serangan terhadap Irak yang akan melangsungkan pemilihan umum pada 12 Mei mendatang. Al-Muhajir mengatakan siapa saja yang bekerja sama dengan pemerintah Irak akan menjadi target serangan kelompoknya.
“Tempat-tempat pemungutan suara dan orang-orang di di dalamnya menjadi target pedang kami. Jadi menjauh lah, jangan mendekati tempat-tempat itu,” kata Al-Muhajir.
Dia juga mengejek Presiden AS Donald Trump. Al-Muhajir menyebut Amerika kehilangan pengaruhnya di bawah kekuasaan Trump, meski tak menyebut presiden ke-45 itu secara langsung.
“Lihat lah kalian Amerika, kalian penjahat yang sedang bingung dan tersesat dengan tujuan-tujuanmu yang berantakan. Kalian sekarang dipaksa untuk mengemis dan mengikuti keinginan musuh,” ucap Al-Muhajir merujuk pada kedekatan AS dan Rusia.
Seruan itu merupakan yang pertama sejak 10 bulan terakhir. Pada Juni 2017, Al-Muhajir juga menyerukan para pengikut kelompoknya untuk menghasut serangan dan teror ke Amerika Utara dan Eropa.
Saat itu, dia juga mendorong para pengikut ISIS untuk melakukan serangan lone-wolf di Eropa, termasuk Rusia. Saat itu, pengaruh kelompok pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi itu melemah setelah kalah di Raqqa, Suriah, dan Mosul, Irak.
Saat ini, ISIS hanya memegang kendali atas tiga persen wilayah dari total daerah di Irak dan Suriah yang dulu pernah mereka kuasai.
Dilansir The New York Times, pengamat kebijakan Timur Tengah dari Institut Tahrir, Hassan Hassan, mengatakan seruan terbaru ISIS ini menunjukkan bahwa kelompok teroris itu berupaya untuk tetap eksis dengan kembali ke tujuan awalnya, yakni sebagai pemberontak di kawasan.
“Seruan ini sejalan dengan langkah-langkah ISIS belakangan ini untuk menjadi gerakan yang lebih internal,” kicaunya melaui Twitter.
Merujuk dari awal kemunculannya, ISIS terbentuk dari perpecahan afiliasi-afiliasi Al Qaidah di Irak karena perbedaan pendapat soal operasi propaganda dalam menegakkan hukum Islam dan membasmi Muslim Syiah yang mereka anggap sesat.
Al Qaidah menyerukan serangan yang berfokus mengusir pasukan AS dari Irak. Al Qaidah juga meminta anggota dan afiliasinya untuk menunda penyerangan terhadap negara Arab sampai tentara AS terusir sepenuhnya dari Irak.
Namun, ISIS memberontak dan mengabaikan seruan Al Qaidah. Pada 2014, ISIS pun mendeklarasikan negara khilafahnya dengan merebut wilayah sebesar negara Inggris di Irak dan Suriah.
Sejak itu, ISIS secara agresif meluncurkan propaganda dan terornya ke seluruh dunia, seperti Eropa, Timur Tengah, hingga Asia. (has)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post