bontangpost.id – Wacana penggunaan sementara bangunan Rumah Sakit Taman Sehat untuk isolasi terpusat (isoter) digaungkan oleh Dinas Kesehatan. Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Adi Permana mengatakan nantinya penanganan ini tidak hanya fokus terhadap pasien Covid-19. Namun untuk segala perawatan pasien yang terkena wabah penyakit menular.
“Jadi kalau ada kasus yang mengarah cacar monyet juga ditampung di isoter,” kata Adi.
Pasalnya pasien yang masih diduga terkena penyakit tersebut tidak bisa dilarikan ke fasilitas kesehatan. Sebelum dinyatakan positif dari hasil pemeriksaan. Sehingga pemkot menyiapkan fasilitas agar pasien itu menjalani proses karantina.
“Karena kalau belum ada hasil pemeriksaan itu tidak bisa diklaim BPJS Kesehatannya. Artinya pasien ini belum berstatus terkonfirmasi tetapi kontak erat,” ucapnya.
Menurutnya pemanfaatan sementara gedung yang sebelumnya diplot untuk RS Tipe D ini sudah tepat. Jika menunggu untuk pemanfaatan fasilitas kesehatan secara definitif diperlukan waktu lama. Sebab harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu.
“Kami sudah menyiapkan dari Jumat lalu. Dengan membersihkan bangunan,” tutur dia.
Terkait dengan SDM kesehatan yang disiapkan nantinya akan memanfaatkan staf Diskes terlebih dahulu. Utamanya mereka yang saat ini sudah dijadwalkan bertugas di Public Service Center (PSC). Dalam sehari ada tiga sif SDM Kesehatan yang bertugas. Tiap sifnya terdiri dari dua nakes dan satu sopir ambulans.
“PSC juga 24 jam standby. Kalau ada nanti kami pikirkan. Untuk sementara waktu dari internal Diskes,” sebutnya.
Hingga kini belum ada kasus suspek cacar monyet yang terdeteksi di Kota Taman. Konon bangunan yang akan dipersiapkan untuk isoter ialah lantai kedua dan ketiga. Terdapat 18 kamar yang dipersiapkan. Dengan jumlah total tempat tidur yakni 55 unit. Artinya satu kamar berisi tiga sampai empat ranjang. Sementara untuk lantai pertama digunakan untuk proses administrasi.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Diskes drg Toetoek Ekowati Pribadi menyatakan difungsikannya RS Tipe D akan dilakukan dalam waktu dekat. Nantinya pasien yang dirawat di isoter ialah mereka yang terpapar Covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan. Sementara di tempat kediamannya tidak bisa melakukan isolasi mandiri secara optimal.
“Bagi mereka yang kamarnya terbatas dan perlu isolasi maka bisa menuju ke isoter,” ucapnya.
Sebelumnya Pemkot menggunakan bangunan Rusunawa Guntung untuk isoter. Tetapi belakangan fasilitas ini telah ditempati masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal. Sehingga opsi yang diambil ialah menunjuk bangunan yang semula untuk RS Tipe D ini untuk sementara waktu. Sembari menunggu legal opinion terkait pemanfaaatan bangunan tersebut dari kejaksaan.
Disinggung mengenai sosialisasi, Diskes akan melakukan sembari berjalan. Menurutnya tidak menjadi masalah sebab pasien yang ditampung bukan bergejala berat. Berbeda konteksnya ketika wacana isoter pada tahun lalu. Sebab kala itu, kondisi keterisian rumah sakit mendekati overload. Sehingga pastinya pasien bergejala potensi untuk dirawat di isoter atau rumah sakit darurat.
“Kalau ini yang tanpa gejala jadi tidak masalah. Hanya perlu memisahkan diri dari kerumunan orang,” tutur dia.
Diketahui, pengerjaan bangunan ini dimulai pada 2019. Kala itu, Pemkot Bontang mengucurkan anggaran sebesar Rp 7,3 miliar untuk pembangunan di eks Kantor Diskes melalui APBD. Pengerjaan dilakukan oleh CV Tajang Jaya. Pembangunan ini dilakukan karena diskresi wali kota waktu itu.
Setahun berselang kembali digelontorkan anggaran sebesar Rp 11,6 miliar. Tender dimenangkan oleh PT Kanza Sejahtera. Pada awal 2021 pembangunannya sudah rampung. Namun belum difungsikan karena pemkot masih mengkaji terkait aspek legal dari bangunan ini. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: