SANGATTA – Air mata Nella Sapriani sudah dia ‘habiskan’ sejak mendengar kabar suaminya tewas tenggelam di Sungai Sangatta, Senin (30/1) lalu. Saat itu dia menangis sejadi-jadinya. Berteriak histeris. Namun saat melihat mayat suaminya yang telah ditemukan, air matanya tak jatuh setetes pun.
Nella hanya menatap nanar saat tim penyelamat menggotong kantong mayat ke dalam rumahnya, Rabu (31/1) pagi kemarin. Sangat kontras dengan kerabat yang lain, mereka menangis sejadi-jadinya. Nella justru lebih tegar, seakan sudah berdamai dengan duka paling dalam yang pernah dia alami.
Sehari sebelumnya Nella memang sudah mengucap ikrar. Dia tak akan menangis jika jenazah suaminya ditemukan. Setidaknya dia masih bisa melihat sang suami untuk terakhir kalinya.
“Saya sudah berjanji jika suami saya pulang dengan kondisi apapun saya tidak akan menangis lagi. Saya berupaya untuk ikhlas. Yang terpenting dia sudah kembali kerumah,” ucap Nella.
Arbain memang tewas setelah menjadi pahlawan. Dia tenggelam setelah berhasil menyelamatkan seorang remaja yang terjatuh ke sungai.
Berbeda dengan kondisi ibu dan anak korban. Zainun ibu korban terkulai lemah. Dirinya hanya merenungi kematian putranya. Sama halnya seperti Azay putra kedua dari empat bersaudara tersebut tak kuasa menahan air matanya. Dirinya sama sekali tidak ingin mendekati jenazah ayahnya.
Bahkan hingga dikebumikan, anak lelaki berusia sembilan tahun tersebut tidak mau melihat makam ayahnya. Kematian Pengemudi kapal ponton ini menyisakan duka pada semua kerabatnya. Menurut tetangga, Arbain merupakan sosok yang selalu membantu warga ketika susah.
“Dia orang baik. Selalu membantu jika tetangga sedang membutuhkan,” ucap Khaeruddin Kepala Dusun Gunung Teknik.
***
PENEMUAN kemarin membuat tim penyelamatan gabungan yang terdiri dari beberapa instansi otomatis dibubarkan. Sekira 50 orang tergabung menjadi tim penyelamatan tersebut. Beberapa instansi seperti Badan SAR Nasional, Polairut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Pemadam Kebakaran Kutai Timur (Kutim), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Palang Merah Indonesia (PMI) dan instansi lainnya sepakat untuk membubarkan barisan.
Kepala BPBD Kutim, Syafruddin mengatakan tim penyelamatan dibubarkan ketika korban tenggelam sudah ditemukan.
“Korban ditemukan dan sudah kami evakuasi. Jenazah dikembalikan kerumah duka. Lalu tim penyelamatan saya bubarkan,” jelas Syafruddin.
Dirinya menyampaikan belasungkawa untuk keluarga korban. Dia juga mengucapkan terimakasih untuk semua tim penyelamatan yang sudah bekerja secara totalitas.
“Saya berterimakasih untuk semua tim penyelamatan yang bekerja begitu keras. Hari pertama hingga hari terakhir masih komitmen untuk menyelesaikan semua tanggungjawab,” sambungnya.
“Ya semoga saja almarhum mendapat tempat terbaik dan semua amal ibadahnya dapat diterima yang Kuasa. Juga saya berharap semoga kejadian tersebut menjadi yang terakhir dan tidak terulang lagi,” tutupnya. (*/la/dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: