Hidup lebih bermanfaat jika saling berbagi ilmu dan pengalaman, itulah kata-kata yang dipegang teguh Astril Wedy dalam mengarungi usahanya.
SUARA celoteh ibu-ibu terdengar dari balik dinding beton rumah bercorak kuning di Jalan Kapal Pinisi, Kelurahan Loktuan. Perlahan kaki melangkah masuk ke dalam halaman rumah tersebut, semakin jelas yang mereka obrolkan. Para perempuan ini bukan tengah bergosip ria, melainkan tengah berdiskusi tentang meracik bahan baku untuk olahan makanan yang akan dijualnya.
“Silahkan masuk, mas,” tawar pemilik rumah, Astril Wedy, Ketua Kelompok Usaha Abon Jaya Mandiri (AJM) kepada awak Bontangpost.id.
Usai mempersilakan duduk, ibu satu anak ini mulai menceritakan awal mula terjun ke dunia usaha, hingga kini memiliki puluhan anggota. Bahkan rumah produksi olahannya kini sudah berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI).
Wedy awalnya merupakan pegawai di salah satu perusahaan di Samarinda. Namun usai melahirkan di Bontang, dia memutuskan untuk berhenti dan berkeinginan mengais rezeki di Kota Taman. Dasar ilmu dari sekolahnya dulu di SMK Jurusan Perikanan dalam mengolah ikan, dia pun iseng mengolah ikan tuna untuk menjadi abon. Alhasil jualan yang ditawarkannya melalui media sosial ini laris manis.
Melihat itu, teman sekolahnya pun menuntunnya agar mendaftarkan usaha ke Dinas Perikanan. Hal ini agar nantinya mendapatkan bantuan alat maupun pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan Wedy dalam mengelola usahanya. Dari situ, perempuan tamatan salah satu universitas ternama di Samarinda ini pun membuat satu kelompok usaha AJM, yang isinya merupakan anggota keluarganya sendiri berjumlah 5 orang.
Setelah terdaftar, kelompok tersebut mendapatkan bantuan alat penggiling dari Pemkot Bontang melalui Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian Bontang. Selain itu, ia juga mendapat panggilan untuk mengikuti pelatihan.
“Berjalannya waktu kurang satu orang, jadi yang jalan 4 orang saja,” ujarnya.
Tak hanya ditinggalkan anggota, ada halang rintang yang harus dilewatinya. Seperti mendapat gunjingan dari beberapa tetangga yang mengatakan, sekolah tinggi-tinggi tetapi hanya menjadi penjual abon. Perkataan itu bukan menjadikannya patah arang, melainkan menjadi pelecut semangatnya untuk membuktikan yang terbaik.
“Iya ada saja tetangga yang ngomongin,” kenangnya.
Lambat laun, usaha yang disebutnya the power of the kepepet ini kian melejit. Suwiran daging tuna olahannya itu laris di pasaran. Kkonsumennya kini bukan hanya teman atau warga Bontang saja, melainkan telah mencapai Balikpapan. Bahkan hasil produksinya itu lulus seleksi untuk dipamerkan di Cooperatives and Small/Medium Enterprises (C-SMEs), atau Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM). Lembaga yang berdiri pada Maret 2007 ini merupakan tempat mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia Internasional.
“Pesanan bisa 50-100 bungkus,” ujarnya.
Dari hasil jualan itu, dia pun membuat rumah produksi dan dapat membantu menghidupi orang tuanya yang kini telah pensiun dari kerja.
“Jadi bisa ngepulin dua dapur,” katanya.
Dari peningkatan rumah produksi itu, dia pun mendapatkan kenaikan tingkat usaha, yakni mendapatkan sertifikat kelayakan pengolahan (SKP). Sertifikat yang diberikan kepada Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah menerapkan Cara Pengolahan Ikan yang Baik / Good Manufacturing Practices (GMP), dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standart Sanitation Operating Procedure) dari Kementerian Perikanan.
“Dapat bantuan juga dari Pupuk Kaltim untuk menjadi mitra,” ucapnya.
Berjalannya waktu, ketika mengikuti pelatihan di Bank Indonesia, dia mendapatkan petuah dari pembimbingnya. Ia mengutip, ilmu yang dimiliki itu sangatlah berguna ketika disebarluaskan, bukan untuk disimpan untuk diri saja.
“Hidup itu lebih bermanfaat jika saling berbagi ilmu dan pengalaman,” ujarnya.
Usai pelatihan tersebut, dia mulai mengajak ibu-ibu di sekeliling rumahnya untuk ikut mengolah makanan dan bergabung dalam kelompok AJM. Ajakannya itu pun ditanggapi para tetangganya dengan antusias. Alhasil, kini para ibu rumah tangga itu memiliki satu produk masing-masing dan telah mendapatkan tambahan penghasilan dari hasil jualannya itu.
“Ketimbang mereka duduk bicara yang tidak penting, lebih baik mengolah makanan. Bisa bantu-bantu suaminya,” ujarnya.
Wedy pun berhasil mendaftarkan para anggota kelompoknya yang baru itu untuk mengikuti pelatihan dari Kementerian Perikanan di Balai Diklat Industri Makassar.
Untuk diketahui, berbagai macam makanan yang bisa didapatkan produksi AJM mulai dari abon ikan tuna, abon daging sapi, abon ikan lele, kue kelapa hijau, nastar selai nanas, nastar keju, kue minyak, kue baruassa, terasi bubuk, sambal gammi, cistik bawis, sambal ebi, keripik buah naga, kaktus rumput laut, cistik cumi, dan keripik pisang. (Zaenul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post