Kementerian Agama (Kemenag) Bontang ikut bersuara terkait polemik vaksin MR di SDN 005 Bontang Utara. Kemenag sebut vaksin yang masuk ke dalam tubuh halal. Para orang tua pun diminta tak perlu khawatir, karena vaksin sebagai upaya menjaga kesehatan generasi bangsa.
“Vaksin yang masuk dalam tubuh sudah bersih, jadi halal dan aman. Sudah tidak ada babinya, karena Allah sudah mengampuni dari daruratnya itu, maka Fatwa MUI mengeluarkan itu,” terang Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Bontang, Ali Mustafa.
Oleh karenanya, pihaknya dari Kemenag, MUI, Diskes-KB Bontang, serta Disdik Bontang, bekerja sama ke lapangan untuk sosialisasi. Ali berharap, kejadian di SDN 005 Bontang Utara tidak terjadi lagi. “Saya baca fatwa MUI, dan itu sudah terjadi di zaman nabi. Yang dipermasalahkan itu soal babinya, dan orang Islam benci babi. Tetapi ini yang memberi manfaat, ternyata tak boleh membenci binatang sebenci-bencinya,” bebernya.
Kata dia, beberapa yang menolak beralasan ada unsur babi atau najis. Ali menjelaskan bahwa zaman Nabi Muhammad SAW, terjadi wabah di Madinah. Ketika hendak umrah dan haji, rombongan mendadak sakit. Dengan izin Allah SWT, lanjut Ali, Nabi mendapat hidayah “obat” susu unta dan urin unta. “Sementara urin hukumnya najis, tetapi untuk menyelamatkan maka hukumnya menjadi halal. Sama halnya ketika transfusi darah, bagaimanapun darah itu haram, tetapi untuk menyelamatkan manusia menjadi halal,” ungkapnya.
Para jemaah haji pun kata Ali mendapat suntik vaksin meningitis. Hukumnya sama, tetapi karena darurat syar’iyyah maka hukumnya menjadi halal. “Jika tak mau vaksin, maka harus keluar dari Arab Saudi, mungkin dideportasi. Vaksin ini untuk pengamanan di Arab Saudi,” ujarnya.
Oleh karenanya, sebagai ikhtiar menjaga kesehatan anak, kemenag mengajak orang tua agar menyetujui vaksin. Hal itu agar para anak-anak sehat dalam hal jasmani, rohani, dan sehat di lingkungan masyarakat. “Kami akan roadshow dan ini bukan proyek. Kami terima SK langsung berangkat, bukan karena proyek. Bismillah, karena kondisi target masih rendah sekali baru 56 persen, sementara target nasional mencapai 95 persen,” ujar Ali.
Sementara dari pihak Diskes-KB Bontang Diana Nurhayati menjelaskan, jika ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) maka pihaknya tidak akan lepas tangan. Selain itu, sebelum dilakukan vaksin, anak-anak akan diperiksa terlebih dahulu oleh tim dokter, jika saat itu anak dalam kondisi tidak sehat atau tidak bisa divaksin maka pihak dokter tidak akan memberikan vaksin. “Kami membawa dokter spesialis untuk mengecek kesehatan anak,” tukasnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: