BONTANGPOST.ID, Bontang – Keuntungan yang diperoleh PT Laut Bontang Bersinar (LBB) selama 2023 mendapat sorotan. Pasalnya laba yang dihasilkan tergolong kecil, Rp98 juta dalam setahun.
Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman Purwadi mengatakan, angka yang didapatkan itu sangat tidak masuk akal. Menggambarkan kondisi perusahaan tidak sehat.
“Itu seperti usaha di bidang penjualan bakso di depan sekolah favorit di Bontang,” kata Purwadi.
Jika dikalkulasi selama setahun, total keuntungan bersih yang didapatkan hanya Rp8,1 juta per bulan. Menurutnya, evaluasi harus dilakukan terkait dengan keberadaan perusahaan tersebut.
“Itu lucu aja. Bahkan hampir setiap BUMD atau perumda di Kaltim kondisinya sama. Ada perumda di Kaltim yang hanya untung Rp6 juta satu tahunnya. Penyakit itu,” ucapnya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unmul itu mengatakan, Pemkot Bontang harus gerak cepat dalam memperbaiki tata kelola manajerial PT LBB.
Apalagi terdapat dewan pengawas yang tujuannya sebagai perpanjangan tangan antara pemkot dengan anak usaha Perumda AUJ.
“Menurut saya pemkot (Bontang) terlambat. Tetapi harus segera dari pada tidak sama sekali. Dua tahun terseok-seok seperti itu bukan waktu yang singkat,” tutur dia.
Selain itu, Purwadi juga menyentil legislator. Pasalnya DPRD memiliki fungsi pengawasan terhadap BUMD yang ada di Bontang. Jangan sampai wakil rakyat justru tidak bertindak dengan adanya kondisi tersebut.
“Pertanyaannya apa saja yang sudah dilakukan dewan dengan kondisi itu,” terangnya.
Pengelolaan pelabuhan sebagai usaha yang menjanjikan. Apalagi pemerintah pusat menggaungkan ekonomi biru. Artinya tidak bertumpu pada sumber daya alam.
Selain itu, ia juga menyorot terkait biaya operasional direktur yang terlalu membengkak. Total besarannya mencapai Rp 599.962.260. Di tambah biaya perjalanan dinas tembus Rp 466.983.770 selama satu tahun.
“Itu untuk apa. Kalau ada perubahan signifikan dalam pengelolaan pelabuhan masuk akal. Seperti untuk penerapan penarikan jasa parkir melalui sistem elektronik. Itu bisa mengurangi potensi penyalahgunaan,” terangnya.
Pendapatan PT LBB mencakup terminal operator, jasa dermaga, jasa tambat, pass penumpang, pass kendaraan, Loktuan Port Free, jasa kepil. Kemudian crane darat, jasa pemadam kebakaran, kebersihan, listrik, penumpukan alat, dan lain-lain.
Hingga saat ini gaji karyawan bulan terakhir masih tertunggak separuh. Sementara untuk kontribusi tetap, dan bagi hasil ke kas daerah belum disetorkan oleh anak usaha Perumda AUJ tersebut. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post