Membantu memang butuh pengorbanan. Waktu maupun materi. Dan itu dilakukannya dengan penuh senyuman.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
Apapun profesinya dapat menjadi berkat bagi orang lain. Kalimat itu tersemat dalam benak Herman Effendi, apoteker di RSUD Taman Husada. Selepas dari jam tugas pelayanan, ia membantu sebagian warga yang membutuhkan pertolongan. Berupa pengecekan aturan penggunaan obat. Tentunya setelah pasien mendapatkan resep dari dokter.
Dia juga membawa sembako untuk meringankan beban ekonomi orang yang dikunjunginya. Kepada Kaltim Post (induk bontangpost.id), ia mengaku aktivitas ini sudah terbesit sejak lama. Namun baru kesampaian di pertengahan Ramadan lalu. Mengingat, ia membekali diri dengan perlengkapan untuk merekam kondisi pasien.
“Tapi saya harus menabung untuk beli kamera, laptop sesuai dengan spesifikasi untuk mengedit, dan drone,” kata Herman.
Inisiatif melakukan ini dimulai dari gugahan hati atas keprihatinan melihat pasien yang dilayaninya. Sehubungan kondisi ekonomi yang menimpa mereka. Belum lagi tambahan harus menahan rasa sakit akibat penyakit yang diderita.
“Memikul beban ekonomi saja sudah berat apalagi ditambah beban penyakit,” ucap pria kelahiran Waru, Jawa Timur ini.
Sebelum penyerahan bantuan, ia pun melakukan pengecekan. Apakah pasien layak mendapatkan bantuan. Bentuknya dengan mengecek kondisi hunian maupun mencari informasi kepada orang dekat pasien. Umumnya mereka yang dibantu ialah pasien kronis. Mengonsumsi obat yang diberikan dengan jangka waktu lama.
Total tiga keluarga telah diberikan bantuan. Waktu istirahat pun harus dikorbankan. Sebagian pendapatan sebagai PNS disisihkan untuk memberi bantuan. Termasuk dengan bisnis sampingannya yakni penjualan alat cek kesehatan. Keuntungan diplotkan untuk pos serupa.
“Prinsip saya karena kalo berbuat kebaikan itu tidak boleh hitung-hitungan. Inilah investasi saya dikehidupan kekal nanti (akhirat),” sebut pria berusia 30 tahun ini.
Ia pun juga mengajak kerabat untuk ikut memberi dukungan. Hasil video rekamannya dibagikan di akun youtube ApotheCare. Para warganet bisa berpatisipasi dengan mengirimkan donasi lewat transfer direkening yang tercantum. Penutupan donasi dilakukan setelah sebulan dari penayangan.
“Tiap video itu saya beri kode unik. Misal tayangan ketiga nominal transfer diakhir dengan angka 3. Misal Rp 50.003,” beber anak dari pasangan Nakir dan Siti Halidjah ini.
Menurutnya, rata-rata pasien obatnya telah di-cover oleh jaminan kesehatan. Herman menjelaskan pasien pertama yang dikunjunginya ialah penderita stroke selama 10 tahun. Menggunakan tongkat. Berjalanpun tergopoh-gopoh karena sebagian organ badannya yang tidak berfungsi.
“Statusnya pun janda dan hidup sendiri dengan keadaan rumah yang jauh dari kata layak,” ulas alumnus Universitas Mulawarman angkatan 2012 ini.
Selanjutnya pasien kedua berinisial HRM. Pasien ini rutin berobat di poli pskiatri RSUD Taman Husada. Pasien berstatus janda dengan dua orang anak dan menjadi tulang punggung keluarga. “Penyakitnya sering kambuh. Sehingga anaknya dihidupin oleh keluarganya,” terang pria yang telah menempuh profesi apoteker di Universitas Padjajaran Bandung ini.
Pasien ketiga salah satu kakinya diamputasi sejak 15 tahun lalu karena terkena penyakit diabetes. Tinggal sebatang kara. Hidup dengan mengandalkan bantuan orang. Karena kondisi fisiknya tidak memungkinkan mencari nafkah. Berobat diantarkan oleh petugas dari Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-PM). (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post