SANGATTA – Pertandingan Karate di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VI Kaltim ricuh. Pada pelaksanaan hari kedua di Gedung Serba Guna Bukit Pelangi, pelatih Karate Kutim yang juga Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kutim melakukan aksi walkout di tengah-tengah pertandingan pada Selasa (4/12). Aksinya tersebut sebagai bentuk protes atas kepemimpinan wasit yang dinilai merugikan tuan rumah.
“Siang ini (kemarin, Red.) kami walkout sudah, karena wasit jurinya tidak adil dalam mengambil keputusan, mulai kemarin (Senin, Red.) kami sebagai tuan rumah sudah dicurangi, sehingga tiga emas hilang begitu saja,” katanya saat dikonfirmasi.
Menurutnya, hal itu bukan hanya terjadi pada Kutim saja. Namun juga menimpa sejumlah kabupaten/kota lain. Ia mengaku melakukan hal ini bukan hanya membela daerahnya, namun seluruh daerah yang bertanding di Porprov Kutim.
“Bukan hanya Kutim yang mengalami, tapi juga dari beberapa kabupaten/kota lainnya. Saya rasa ada beberapa alasan mereka, pertama sarana tanding tidak mencukupi dan memadai. Kedua mereka merasa tidak nyaman karena wasit karate ditempatkan di akomodasi bukan hotel, dan katanya sangat tidak layak,” bebernya.
Dengan alasan itu, dirinya yang terpancing emosi melakukan aksi protes pada wasit. Dianggap melakukan anarkisme, Ismaun diminta untuk meminta maaf dan meninggalkan arena tanding. “Semua sepakat keluar, tapi juga ada yang menyayangkan, karena masih ada satu temannya belum tanding,” ujarnya.
Namun, lanjutnya ia merasa tidak membatasi atletnya jika ingin menyelesaikan pertandingan untuk melawan kontingen lainnya. “Tapi saya kembalikan ke mereka, jika masih mau main silahkan. Saya tidak melarang, dengan catatan saya keluar dari tim meninggalkan mereka. Saya juga langsung keluar dari tempat tanding saat itu,” ungkapnya.
Saat itu, Kutim yang telah mendulang satu emas, dua perak dan tiga perunggu, itu merasa dikacaukan atas kejadian ini. Sejumlah atlet Kutim nampak menangis ditengah suasana ricuh. Namun, Ismaun tetap memberi motivasi bagi atletnya yang akan berlaga. “Soal perolehan medali itu keputusan dewan wasit. Harusnya kita dapat tiga emas, tapi mulai awal pertandingan sudah terindikasi kecurangan dan berat sebelah pada satu kontingen,” tegasnya.
Ia merasa hal ini sangat memengaruhi kualitas atlet yang akan berlaga di pelaksanan PON. Mengingat atlet yang dimenangkan dengan kecurangan akan berlaga di ajang nasional. “Harusnya mereka bisa profesional dan objektif dalam menilai. Karena belajar dari pengalaman, Karate Kaltim nol besar dipelaksanaan PON yang lalu-lalu,” tuturnya.
Ia meminta hal ini menjadi evaluasi penting, agar tidak kembali terulang pada pelaksanaan Porprov empat tahun ke depan. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post