Pemerintah harus lebih serius mengatasi titik api. Lokasi ibu kota negara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU), jadi ancaman serbuan asap.
BALIKPAPAN-Lokasi IKN di Kecamatan Sepaku belum sepenuhnya bebas dari asap. Meski titik api bukan dari kawasan IKN, asap datang dari kecamatan tetangga, Penajam. Lokasinya juga tak begitu jauh. Asap tentu tinggal menunggu waktu sampai ke Kecamatan Sepaku.
Titik api itu tepatnya berada di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung. Sebuah lahan gambut di kawasan itu terbakar kemarin (27/9). Padahal sepekan sebelumnya, kebakaran lahan gambut juga terjadi di dua RT tersebut termasuk RT 03 Desa Giripurwa, tapi beda titik. Dilihat dari Google Maps, titik api itu berjarak sekitar 50 kilometer menuju Sepaku.
Kandidat lokasi IKN di Sepaku ada di tiga kawasan. Yakni Desa Bumi Harapan, Desa Bukit Raya, dan Kelurahan Pemaluan. Lokasi terdekat dari titik api di Petung adalah Bumi Harapan berjarak sekitar 50 kilometer. Sementara Kelurahan Pemaluan 60 kilometer dan Desa Bukit Raya 67 kilometer.
Benar saja, kemarin dari pantauan media ini, di Sepaku kabut asap tipis menyelimuti kawasan calon IKN. Tentu ancaman kabut asap yang lebih pekat masih membayangi lokasi ibu kota.
Dari informasi yang dihimpun Kaltim Post, kebakaran lahan itu berawal dari semak belukar yang terbakar di belakang SMP 23 PPU, tepatnya RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung pada Kamis (26/9) sekitar pukul 14.08 Wita. Api terus menjalar dan melebar. Namun dapat dikendalikan.
Pada Jumat (27/9) sekitar pukul 14.51 Wita, kondisi api kembali membesar dan terbagi menjadi beberapa titik api. Material yang terbakar adalah lahan gambut tipis dengan kondisi saluran air mengering karena mengikuti pasang surut air laut.
Hingga pukul 17.50 Wita, tim gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU yang dibantu personel TNI-Polri dan warga setempat terus melakukan pemadaman lantaran kembali terjadi perluasan api akibat angin kencang di kawasan tersebut.
Menggunakan mesin pompa air portabel milik BPBD PPU dan Dinas Pertanian (Distan) PPU serta dibantu pemadaman manual oleh warga setempat. “Karena sumber api merupakan perluasan dari kebakaran lahan di belakangan SMP 23, yang terjadi kemarin (26/9),” kata Kasubid Logistik dan Peralatan BPBD PPU Nurlaila kepada Kaltim Post kemarin.
Api dapat dikendalikan sekitar pukul 19.00 Wita. Namun, potensi perluasan kebakaran lahan gambut bisa kembali terjadi karena pengaruh angin kencang di lokasi tersebut.
Jadi, ucap dia, tim gabungan penanggulangan karhutla akan melakukan investigasi terhadap sumber api sekaligus melakukan penelusuran lapangan guna memastikan luasan areal lahan gambut yang terbakar. Mengingat kawasan tersebut merupakan lahan gambut yang sama dengan kebakaran di Kelurahan Petung dan Desa Giripurwa lalu.
Dia menuturkan, pihaknya memerlukan tenaga dan waktu ekstra untuk memadamkan api. “Karena sifat lahan gambut seperti itu. Jika tidak dilakukan pendinginan dengan maksimal, masih berpotensi memunculkan titik api baru,” terang dia.
Ex-Officio Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU Tohar mengatakan, pihaknya terus melakukan monitoring terhadap titik api yang sudah dipadamkan beberapa waktu lalu. Termasuk titik api baru di lahan gambut RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung.
Upaya pemadaman menggunakan mesin pompa air portabel bagi wilayah yang bisa dijangkau dengan mobil tangki. Namun, bila tidak dapat diakses, bisa membuat sekat. “Jika sulit dijangkau, pemadaman manual menjadi pilihan. Menggunakan parang dan mengerahkan banyak personel,” kata pria yang juga menjabat sekkab PPU itu.
Adapun, Polres PPU masih terus mendalami kasus kebakaran lahan di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung, hingga RT 03 Desa Giripurwa. Ada 12 saksi terkait kebakaran lahan gambut tersebut yang sudah dimintai keterangan. Di antaranya, pemilik lahan serta pihak Kelurahan Petung dan Desa Giripurwa.
“Karena menurut keterangan saksi, awalnya api menyala di lahan milik warga. Kemudian menjalar ke kebun kelapa sawit milik dua warga lainnya,” ucap Kasat Reskrim Polres PPU AKP Dian Puspitosari kemarin.
Para pemilik lahan yang mengetahui lahannya terbakar coba melakukan pemadaman. Namun, api tidak dapat dikendalikan sehingga saksi lantas menghubungi BPBD PPU untuk melakukan pemadaman.
Berdasarkan penyelidikan sementara, belum ditemukan adanya bukti kuat dari mana asal api bermula. “Kami masih melakukan pendalaman. Sebab, semua saksi tidak mengetahui siapa yang berada di titik awal api. Merambatnya api karena angin kencang dan mengenai lahan gambut, sehingga api cepat menjalar,” ucap perempuan berkerudung itu. (kip/rom/k16/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: