JAKARTA— Setelah kasus pencoblosan ilegal, kini muncul pembakaran kotak suara. Setidaknya, terdapat tiga daerah yang mengalami pembakaran, yakni Sumatera Barat, Maluku dan Jambi. Motif pembakaran itu hingga saat ini belum diketahui.
Dari tiga kejadian pembakaran tersebut, baru satu pembakaran di Jambi yang terungkap. Tiga pelaku yang diduga membakar kotak suara telah tertangkap, yakni seorang caleg berinisial KS, anggota Panwascam R, dan seorang pegawai negeri sipil berinisial ER yang menjadi saksi.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, untuk kasus pembakaran itu ditangani Polda. Namun, perlu diketahui tidak semua kotak suara terbakar, sebagian kotak suara berhasil diselamatkan. ”Kini sedang penyelidikan,” tuturnya.
Laboratorium forensik (Labfor) sedang menganalisa penyebab dari kebakaran tersebut. Benarkan memang ada yang secara sengaja membakar, seperti di Jambi. ”Belum ada hasilnya,” jelas jenderal bintang satu tersebut.
Motif dari pembakaran tersebut juga belum diketahui. Dia mengatakan, pemeriksaan terhadap saksi juga sedang dilakukan. ”Kita perlu waktu, untuk mengetahui semuanya,” jelasnya ditemui kemarin.
Sementara Direktur Eksekutif Partnership Advancing for Democracy and Integrity (PADI) M. Zuhdan mengatakan, kasus semacam ini perlu dibuka secara terang benerang. ”Agar tidak membuat disinformasi di masyarakat,” jelasnya.
Karena disinformasi itu bisa membuat sesuatu menjadi lebih parah. Karena itulah perlu kerja cepat dari korps bhayangkara. ”Jangan sampai ada yang memanfaatkan isu ini untuk tujuan tertentu,” terangnya.
Dalam kondisi pemilu semacam ini, waktu penyelesaian sebuah kasus itu memang krusial. Semakin cepat sebuah kasus terungkap, semakin minim celah untuk memanfaatkannya. ”Kalau lama penanganannya, bisa malah perlu energi lebih besar untuk menyelesaikan dampaknya,” urainya.
Menurutnya, setiap kasus yang berhubungan dengan pemilu itu jangan dianggap remeh. Hal itu dikarenakan masyarakat dalam kondisi yang bisa dibilang harapharap cemas. ”Situasi semacam ini biasanya dianggap paling rawan,” terangnya. (idr/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: