LEMBAGA Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Bontang kembali dibuat heboh. Setelah kasus pemukulan oknum penjaga dan dugaan menjadi asal peredaran narkoba, kali ini ratusan warga binaannya secara bersamaan terserang faringitis.
Secara bertahap, kondisi satu per satu warga binaan ngedrop sejak Ahad (10/2/2019). Awalnya pihak lapas belum mempermasalahkan hal tersebut. Lantaran jumlah narapidana (napi) yang terserang sakit hanya satu dua saja. Kepanikan mulai terjadi ketika puluhan warga binaan tersebut secara bersamaan jatuh sakit dengan gejala yang sama.
“Gejalanya panas dingin, ada beberapa juga yang muntah-muntah. Kami mulai waswas ketika ramai-ramai mereka sakit. Karena jujur saja kami tidak punya perawat, kami juga tidak punya dokter,” terang Aliful Humam selaku Kasubsi Admisi dan Orientasi Lapas Bontang.
Karenanya, malam itu juga pihak lapas langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Diskes) Bontang. Yang kemudian mengirimkan dua orang dokter untuk melakukan pengobatan. Diketahui, pada malam pertama tersebut, sekira 40-an napi jatuh sakit dan mendapat perawatan.
Lantas pada Senin (11/2/2019) malam, terdapat 50-an napi berikutnya yang turut ngedrop kondisi kesehatannya. Angka ini terus mengalami penambahan sehingga Diskes dan RSUD Taman Husada Bontang lantas melakukan langkah cepat meliputi pengecekan kesehatan, pemberian obat dan mengambil sampel darah. Untuk diketahui hasil pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Hasil laboratorium sendiri menunjukkan 95 persen napi diduga terserang faringitis akut. Sementara lima lainnya diduga terserang Demam Berdarah Dengue (DBD). Lantaran jumlah trombositnya terpantau rendah.
Untuk kelima terduga DBD tersebut, pihak puskesmas akan memeriksa ulang untuk memastikan penyakit yang diderita.
“Pemeriksaan ulang ini untuk menambah sampel darah. Ya mudah-mudahan tidak ada yang terjangkit ya (DBD, Red.),” ujar dr Muhammad Reyhan Syawal selaku Dokter Puskesmas Bontang Lestari.
Terkait wabah faringitis yang menimpa tahanan Lapas Bontang, Reyhan menyebut bila penyakit ini gampang menular. Dengan gejala awalnya demam dan pilek. Potensi penularan semakin tinggi lantaran cuaca yang panas-dingin. Apalagi lingkungan di sekitar lapas yang terbilang agak padat.
“Jadi dengan kita berbicara, atau dengan batuk, pilek, dan bersin saja sudah bisa menular,” jelas Reyhan.
Untuk itu, demi mencegah penularan lebih lanjut, pihak puskesmas akan melakukan pembagian masker. Terutama bagi mereka yang sudah terdiagnosis faringitis. Supaya tidak menularkan kepada rekannya yang sehat. Puskesmas lantas melakukan terapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada napi yang sakit agar bisa segera pulih.
“Penanganannya di sini saja (Lapas, Red.). Kecuali kalau sudah berat dan memerlukan rawat inap, pasti akan kami rujuk. Seperti demam berdarah berat. Ini yang kami takutkan. Kalau memang ada demam berdarah berat, pasti akan kami rujuk,” tandasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: