Kades Kaliorang: Potensi Kami Dimanfaatkan Orang Lain
“Potensi laut kami seperti ikan, dimanfaatkan oleh Bontang. Mereka menangkap ikan di Kutim. Banyak nelayan yang mengelukan hal itu,” Suprianto- Kepala Desa Kaliorang .
SANGATTA – Potensi laut Kutim sangat melimpah. Salah satunya sumber daya ikan. Namun sayang, dikatakan Kepala Desa Kaliorang Kecamatan Kaliorang Suprianto, potensi terbesar itu mulai dikuasai oleh daerah tetangga, diantaranya Bontang. Imbasnya lanjut Suprianto, nelayan Kutim khususnya Kaliorang menjadi korban.
Dikatakan Suprianto, nelayan yang berada di bawah pengawasannya mengeluh lantaran banyak nelayan luar yang menggarap ikan di Kutim. Sehingga, tangkapan ikan yang sebelumnya melimpah kini mulai menyusut. “Potensi laut kita seperti ikan di manfaatkan oleh Bontang. Mereka menangkap ikan di Kutim. Banyak nelayan yang mengelukan hal itu,” kata Suprianto.
Yang menjadi masalah lainnya, alat tangkap yang digunakan nelayan luar jauh lebih canggih ketimbang Kutim. Sekali garap, hasil tangkapan langsung melimpah. Tak jarang, mereka menggunakan bom ikan. Padahal jelas, cara demikian diharamkan. Berbeda dengan nelayan Kutim, memerlukan usaha dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jadi perlu penanganan serius dari pemerintah. Kami hanya berharap, potensi diperhatikan. Karena jangan sampai, beberapa tahun kedepan ikan habis diambil oleh orang lain,” katanya.
Yang disesalkannya, pedagang Kutim membeli ikan ke Bontang. Kemudian dijual kembali di Kutim. Padahal, ikan tersebut merupakan hasil laut Kutim yang ditangkap pedagang Bontang. “Kasihan sekali kami. Potensi kami dimanfaatkan oleh orang lain. Lalu kami hanya memanfaatkan sisanya saja. Padahal, jika diseriusi, dalam setiap harinya kita bisa selalu memakan ikan segar yang melimpah. Bukan ikan yang sudah lama diberi es,” katanya.
Hal ini juga diaminkan oleh nelayan Dusun Kenyamukan Sangatta Utara. Risan (39) menuturkan jika di laut Kutim marak nelayan luar. Sebagai nelayan, dirinya mengaku tidak dapat berbuat banyak. “Ya ada. Sering sekali kami lihat nelayan yang tidak kami kenal. Kalau nelayan asal Kutim, kami kenal semua. Kata teman-teman memang nelayan dari Bontang,” katanya.
Senada dengan Surianto, jika nelayan tersebut menggunakan alat canggih dan kapal yang besar. Sehingga dengan mudah menangkap ikan. Sedangkan dirinya hanya menggunakan alat tangkap seadanya. Seperti halnya pancing dan jaring. “Ada juga menggunakan bom ikan. Kalau kami benar-benar alat tangkap tradisional. Makanya hasilnya juga minim. Ditambah, iakn berkurang karena banyaknya nelayan luar,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kutim, Nur Ali, menuturkan, tidak maksimalnya potensi laut Kutim lantaran saat ini dipegang kendali oleh Provinsi. Ini merupakan imbas dari Undang-Undang 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Tidak areal laut Kutim, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) juga masih kewenangan Provinsi.
“Makanya kami akan lakukan komunikasi terkait hal ini. Sehingga PPI di Kenyamukan bisa dimanfaatkan. Dengan begitu, semua para nelayan langsung melakukan pembongkaran di PPI. Tidak lagi di laut atau di rumah masing-masing,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: