PROSES produksi air bersih dari air laut menjadi air tawar atau desalinasi mulai diterapkan di Bontang. Yaitu untuk memenuhi kebutuhan air minum di Pulau Gusung, Kelurahan Guntung, Bontang Utara. Namun, PDAM Tirta Taman Bontang menyebut, desalinasi bukan solusi jangka panjang bagi masalah air bersih di Bontang.
Direktur PDAM Tirta Taman, Suramin menyatakan, penerapan desalinasi ini masih perlu kajian yang betul-betul mendalam. Walaupun saat ini Pemkot Bontang telah mencoba berinovasi dengan pengaplikasiannya di Gusung, bukan lantas teknologi ini bisa diterapkan di daerah lain di Bontang. Khususnya sebagai produksi utama bagi kebutuhan masyarakat di daratan.
“Kalau untuk desalinasi itu memang perlakuan khusus. Peruntukkannya betul-betul daerah yang memang sangat sulit air (seperti Gusung),” terang Suramin kepada BontangPost.id.
Dia menjelaskan, desalinasi bukan alternatif produksi air bersih yang diperuntukkan bagi kebutuhan domestik dalam kapasitas besar. Lantaran biaya produksi dan biaya operasionalnya terbilang sangat tinggi dan tidak memungkinkan untuk diterapkan. Bahkan per kubik airnya saja membutuhkan Rp 15 ribu. Dengan harga tersebut, akan memberatkan warga untuk membelinya.
“Kalau yang di Gusung itu kan (produksi airnya) khusus untuk kebutuhan air minum. Dengan kapasitas 900 liter per hari. Nah kalau desalinasi dipakai untuk mandi atau cuci, itu namanya bukan pemborosan lagi, tapi sudah tidak mungkin. Karena harga operasionalnya tidak sebanding dengan harga jualnya,” urai Suramin.
Selain itu, dia juga menyebut bila biaya maintenance atau perawatan perangkat desalinasi ini juga cukup besar. Dengan tenaga listriknya dipasok dari sel surya, biaya dan peralatan desalinasi terbilang mahal. Termasuk untuk baterai dan akinya. Sehingga pihaknya berupaya keras agar paket desalinasi di Gusung bisa bertahan lama.
“Karena kalau (mesin) baru itu nanti semua bisa menggunakannya. Tapi perawatannya itu yang harus betul-betul (supaya awet),” tambahnya.
Sehingga kalaupun desalinasi diterapkan, benar-benar menjadi salah satu alternatif untuk kondisi-kondisi tertentu di daerah pulau-pulau seperti Gusung. Sementara untuk wilayah daratan, untuk jangka panjangnya diupayakan produksi dari air-air permukaan seperti waduk. Untuk jangka pendeknya, PDAM masih menggunakan sumur bawah tanah sebagai sumber air.
“Kami tetap memenuhinya (kebutuhan air) dengan menggunakan sumur bawah tanah dahulu. Sembari kita mencari solusi ke depan. Karena untuk kebutuhan air ini tidak bisa ditolak dan tidak bisa ditahan-tahan lagi (pemenuhannya),” jelas Suramin.
Di satu sisi, desalinasi ini juga bisa menjadi pilihan bagi penyediaan air bersih untuk perusahaan atau industri. Lantaran industri dianggap mampu membeli dengan harga Rp 15 ribu per kubik air bersih hasil desalinasi. “Tapi untuk masyarakat menengah ke bawah boro-boro (mampu membeli). Harga air PDAM sekarang ini kan rata-rata Rp 3 ribu sampai Rp 4 ribu,” pungkasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post