BONTANG – Nada protes kembali digaungkan oleh Asosiasi Pedagang Pasar Rawa Indah. Pasalnya tuntutan mereka saat dimediasi oleh DPRD belum terpenuhi. Disebabkan masih berjualannya pedagang ayam dan ikan di trotoar Jalan KS Tubun.
Bahkan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Rawa Indah Muhammad Nurdin mengancam akan melakukan aktivitas jual beli di parkiran bangunan pasar dan pinggir jalan di lokasi tersebut. Hal ini tertuang dalam surat bernomor 12/APP/2018 tertuju Komisi II dan III DPRD untuk permintaan audiensi.
“Pedagang di dalam pasar sementara, mengancam akan keluar berjualan. Karena di dalam tidak laku barang dagangannya. Oleh karena itu, saya membuat surat kepada seluruh instansi terkait,” kata Nurdin saat ditemui Bontang Post di kediamannya, Jumat (21/9) kemarin.
Nurdin juga mempertanyakan mengenai upaya penertiban beberapa waktu lalu. Ia menilai saat itu pemerintah salah fokus dikarenakan aparat justru menyasar atap pedagang.
Ancaman ini akan dijalankan bilamana pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Meskipun dikatakan Nurdin, tenggat waktu yang dipatok asosiasi tidak ditentukan. “Saya dengar sudah ditangani dewan untuk dijadwalkan pertemuan kedua kalinya nanti,” tuturnya.
Nurdin berujar pedagang di dalam bangunan pasar sementara selama ini rugi, padahal beban pengeluaran yang ditanggung banyak. Misalnya biaya listrik mencapai Rp 10 ribu tiap lima hari sedangkan pembayaran air Rp 15 ribu per harinya. Bukan itu saja, setiap lapak juga wajib membayar iuran kebersihan sekira Rp 15 ribu per hari, retribusi Rp 1.000 per dua hari, dan pajak Rp 30 ribu per bulan.
“Pedagang di dalam itu banyak pengeluarannya. Sangat menderita kalau masih ada yang berjualan di luar,” ujar dia.
Menurut pemaparannya, kebutuhan warga Bontang berkenaan ayam dan ikan tiap harinya sangat tinggi. Jika itu mampu ditertibkan, secara otomatis akan menata kembali beberapa pedagang sayur untuk masuk bangunan pasar sementara.
“Penyebab utama pedagang sayur keluar, karena pedagang ikan dan ayam duluan keluar. Jika mereka masuk, otomatis orang akan membeli sayur di dalam pasar juga,” ungkapnya.
Adapun dampak yang dirasakan dengan menjamurnya pedagang ayam dan ikan di trotoar ialah macetnya arus lalu lintas di kawasan tersebut. Selain itu, beberapa warga sekitar pun telah merasakan bau menyengat akibat limbah pembuangan dari pedagang dadakan itu.
Jika tidak segera ditangani, maka Nurdin pesimistis Pemkot Bontang mampu menertibkan pedagang di Kompi B, ketika pengerjaan bangunan baru pasar dimulai. Secara otomatis pedagang di area itu akan mengikuti pedagang lainnya, dengan menggelar lapak di sepanjang trotoar.
“Kalau tidak segera ditertibkan yang di trotoar, pedagang Kompi B akan mengikuti jejak. Ada alasannya kenapa ini tidak digusur. Padahal ini penjual dadakan, apa jadinya Kota Bontang akan tambah semrawut,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post