BONTANGPOST.ID, Samarinda – Meski pemenang di pemilihan Gubernur (Pilgub) belum ditetapkan KPU Kaltim, publik dapat melihat sekilas siapa pemimpinnya lima tahun ke depan lewat hasil hitung cepat yang beredar. Pasangan calon (paslon) Rudy Mas`ud-Seno Aji mengungguli petahana, Isran Noor-Hadi Mulyadi dengan jarak keunggulan yang tak main-main, lebih dari 10 persen.
Bagi pengamat politik dari Universitas Mulawarman Saiful Bahtiar, hal ini menarik disimak. Khususnya bagaimana petahana bisa keok mempertahankan singgasananya. “Kalau bicara popularitas Isran-Hadi jelas sempat memuncak. Tapi dinamika politik tak hanya tentang siapa yang lebih dikenal, melainkan siapa yang menggerakkan,” ujarnya lewat sambungan seluler, Kamis Malam, 28 November 2024.
Paslon Rudy-Seno jelas diunggulkan soal ini. Duet dengan jargon Kaltim Generasi Emas ini punya perahu yang megah dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang terdiri dari Golkar, Gerindra, PKB, PKS, PAN, Nasdem, hingga PPP. Ketujuh partai ini juga pemilik 44 dari 55 kursi yang ada di DPRD Kaltim.
Sementara Isran-Hadi disokong dua partai pemilik kursi parlemen di tanah Etam, PDI Perjuangan dan Demokrat. Pertarungan dari sisi perahu pun jelas tak sebanding, sekoci versus armada perang.
Ibarat sebuah pedang. Bergantung siapa penggunanya dan bagaimana mengasahnya, kata Saiful, dominasi kursi ini bisa ampuh dalam meraup suara para pemilih. “Jika pemanfaatan tepat, jadi alat yang ampuh,” ucapnya.
Rudy-Seno nampaknya berhasil memanfaatkan dukungan partai-partai ini dalam menciptakan strategi lapangan yang efektif, terutama mendekati hari pencoblosan, pada 27 November lalu. Di sisi lain, mesin Isran-Hadi cenderung santai mendekati hari H seolah angin kemenangan tak mungkin berubah arah.
Pemanfaatan mesin partai memang tak menjadi faktor mutlak yang dapat mengantarkan kemenangan. Ada banyak faktor. Termasuk kasak-kusuk politik uang yang ramai di jagat maya. Isu ini memang begitu mudah menyebar karena banyak sebab. Dari Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) yang menempatkan Kaltim di posisi lima besar daerah dengan status kerawanan tinggi hingga gaung yang sering dielu-elukan Isran-Hadi melawan politik uang.
Politik uang memang kerap menjadi senjata pamungkas di detik-detik akhir, meski tak melulu cara ini berbuah manis. Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini memberikan catatan tebal, itu ini masih perlu pembuktian. Yang menarik, Kaltim masih memiliki swing voter atau pemilih berayung yang tinggi.
Segmen pemilih yang memutuskan arah ini juga bisa menjadi salah satu faktor yang dapat membawakan kemenangan. “Siapa yang lihai menggiring suara mereka, dia pemenangnya,” tambahnya.
Kampanye Rudy-Seno tampaknya lebih berhasil merangkul keolompk pemilih ini dengan program kerja mereka, Gratispol. Saiful tak menepis, memang program yang ditawarkan paslon nomor urut 02 itu terlihat mampu menyentuh kebutuhan konkret masyarkat. “Tinggal bagaimana membuktikannya ketika terpilih,” imbuhnya.
Jika melihat hasil hitung cepat, Isran-Hadi justru tumbang di beberapa daerah yang sempat menjadi lumbung suara mereka pada Pilgub 2018 lalu. Kutai Kartanegara dan Berau, misalnya. Dulu, dua daerah ini menjadi basis kuat yang menopang suara paslon berjargon Kaltim Berdaulat tersebut.
Kekalahan di dua basis ini, disebut Saiful sebagai kegagalan kerja mesin politik di internal mereka. “Ada yang tak terurus. Suara yang semestinya bisa dikantongi malah bocor ke kubu lawan,” katanya mengakhiri. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post