Dongkrak Penilaian Adipura, Perlu Banyak Pembenahan
SANGATTA – Kondisi sistem pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang belum standar penyebab utama anjloknya penilaian tahap pertama piala Adipura untuk Kutim. Meski pada tahun 2012 lalu, Pemkab Kutim telah membenahi fasilitas tersebut, namun pengelolaan yang berjalan masih menggunakan sistem Open Dumping atau timbun. Padahal, TPA yang dibangun ulang tersebut awalnya didesain untuk menerapkan sistem sanitary landfill atau ramah lingkungan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kutai Timur, Ence Achmad Rafiddin Rizal mengakui, selama ini pengelolaan TPA belum memenuhi standar dengan menerapkan sistem TPA sanitary landfill. Makanya saat dilakukan penilaian hasilnya anjlok. Nah, penilaian TPA ini juga yang mempengaruhi nilai total rata-rata tahap pertama jadi 67,64 poin, berada di bawah Kukar dengan nilai 71,87 poin dan Samarinda dengan 70,94 poin.
“Untuk kota sekelas Sangatta, ada 10 hingga 12 komponen penilaian untuk piala Adipura. Mulai dari kondisi kawasan perumahan, infrastruktur jalan, sekolah, pasar, perkantoran hingga TPA. Dan yang membuat penilaian Kutim anjlok adalah terkait komponen penilaian TPA,” jelas Rizal, Selasa (18/4) kemarin.
Dia menerangkan, kelemahan dalam pengelolaan TPA adalah pengelolaan blok dan cell sampah sesuai sistem sanitary landfill tidak berjalan . Sistem yang dilakukan justru open dumping atau penimbunan. Maksudnya, sampah yang masuk hanya didorong masuk tanpa ada pengelolaan. Akibatnya, sampah yang masuk ke TPA terus menumpuk.
“Selain itu, fasilitas jalan masuk, keberadan kantor, peta, dan penghijauan di sekitar TPA juga minim,” lanjutnya.
Rizal mengatakan, jika merujuk pada data jumlah sampah yang masuk sehari sebanyak 450 kubik per hari, besar kemungkinan dalam kurun waktu 7 tahun TPA akan over kapasitas. Meskipun jumlah luasan areal TPA saat ini sudah mencapai 10 hektar dari total luasan areal 14 hektar. Mengingat sistem pengelolaannya yang belum baik.
“Makanya sebelum itu terjadi, perlu pembenahan TPA yang dimulai dari tahun ini. Dan pembenahan itu juga tidak bisa cepat, karena banyak komponen yang harus dilengkapi, termasuk jembatan timbang,” papar pria yang pernah ditunjuk sebagai salah satu tim penilai piala Adipura tersebut.
Lebih jauh Rizal mengatakan, terkait dengan kondisi TPA saat ini dirinya enggan menyalahkan siapapun. Karena mungkin saja kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM), keterbatasan unit dan minimnya pengetahuan, menyebabkan TPA tidak terkelola dengan benar.
“Yang jelas sekarang pembenahan dan perencanaan TPA yang perlu disusun ulang. Tentu tidak bisa dilakukan dalam setahun atau dua tahun ke depan. Pematangan konsep perencanaan akan dilakukan dengan melibatkan Dinas PU dan Bappeda Kutim,” tutupnya. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: