bontangpost.id – Langit sedang terik-teriknya ketika Nani (54) duduk di pinggir pedestrian Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Api-Api, Kecamatan Bontang Utara, Selasa (22/9) pagi. Tepat di hadapannya, masker skuba menggantung. Di antara pohon-pohon yang tumbuh di punggi jalan.
Sudah 6 bulan ini Nani menjual masker skuba. Tak lama usai Bontang mencatat kasus perdana terkonfirmasi positif Covid-19 akhir Maret 2020 lalu. Dari penjualan masker itu, Nani dapat membiayai keperluan sehari-hari. Untuk makan, bayar air, dan listrik. Pun untuk membayar tagihan jaringan nirkabel (Wifi) bulanan anaknya yang masih sekolah.
“Kalau enggak jualan masker, mana bisa bayar internet anak-anak. Bisanya untuk makan saja,” beber Nani.
Sebelum alih profesi menjadi pedagang masker. Nani berjualan pentol bakar dan rebus di Pasar Malam Berbas Pantai. Tapi pendapatan dari sana tak bisa diharapkan. Terlebih di awal tahun 2020, suaminya tak bekerja lagi. Pandemi, di satu sisi merenggut pekerjaan banyak orang. Di sisi lain, membuka lahan bisnis baru bagi mereka yang sigap melihat potensi.
“Kami jual motor buat modal masker, alhamdullilah sudah balik modalnya,” ungkapnya.
Adapun masker diperoleh Nani dari agen yang ada di Tanjung Limau, Bontang. Tiap kali pembelian, Nani langsung mengambil 3-4 lusin masker. Aneka jenis sebenarnya, bukan skuba saja. Tapi sebagian besar memang skuba. Lantaran paling digandrungi masyarakat.
“Kalau yang kain dan berikatan di belakangnya itu ribet pakainya. Makanya kurang peminatnya,” beber Nani.
Di awal jualan masker, hingga penghujung pekan perdana September 2020, saban hari Nani bisa mencetak pendapatan kotor Rp 400-550 ribu dari jualan masker. Dengan asumsi harga masker skuba per biji dibanderol Rp 8 ribu. Mengambil dua sekaligus diberi harga Rp 15 ribu.
Tapi dalam 4 hari belakangan, kelesuan penjualan masker terasa betul. Bila di hari biasa Nani bisa meperoleh laba kotor Rp 400-550 ribu saban hari, kini dia hanya bisa memperoleh Rp 200-300 ribu. Setengah dari omzet biasanya.
Dia mensinyalir, penjualan masker anjlok hingga 50 persen usai keluarnya imbauan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat menggunakan masker yang baik dan berbahan benar. Termasuk perihal masker kain. Dikatakan bila masker kain jenis skuba dan buff dinilai terlalu tipis, hanya ada satu lapis, sebabnya tak efektif menangkal penyebaran Covid-19.
Kata Nani, kalau memang masker skuba di tidak efektif, mestinya pemerintah melalui otoritas kesehatan setempat sudah memberi tahu sejak dulu. Jangan ketika masyarakat sudah terbiasa memakai masker skuba, banyak pedagang yang menjualnya, lantas belakangan dikatakan tidak efektif.
“Kenapa baru sekarang dibilang tidak efektif. Harusnya dari dulu,” kata dia.
Imbauan Kemenkes tersebut tentu amat memukul bagi pedagang masker seperti Nani. Karena masker telah tersedia banyak, sementara penjualan kadung turun, mau tak mau dia harus ambil langkah taktis: jual harga modal.
“Kalau ada mau ambil Rp 5 ribu. Saya jual saja daripada enggak laku. Masih banyak ini maskernya,” beber dia.
Lebih jauh, sejak imbauan itu keluar Nani setop order masker skuba. Dia mau habiskan lapak yang ada dulu, sebelum menjual masker yang sesuai imbauan Kemenkes.
“Rencana tetap jual masker. Tapi mungkin masker kain atau skuba yang 3 lapis. Ini lagi proses dipesan. Tapi dikit dulu, mau dilihat pasarannya,” pungkasnya.
Pendapat senada diutarakan Aji. Sejak imbauan tersebut keluar, penjualan masker skuba anjlok hingga 50 persen. Dari rata-rata harian dia memperoleh laba kotor Rp 300-350 ribu rupiah, menjadi hanya Rp 150-200 ribu.
“Jatuh, mbak. Langsung kurang pembeli,” ujar Aji kala disambangi di lapaknya di Jalan MH Thamrin, Bontang.
Terbuka dia melontarkan kekecewaan kepada Kemenkes. Sebab dia menilai, pemerintah hanya melempar larangan atau imbauan tertentu, tapi tak dijelaskaan detil alasan dibalik pelarangan. Dia pun meyesalkan. Kenapa usai publik kadung mengenakan masker skuba, lantas belakangan dinilai tak evektif menangkal Covid-19.
“Pemerintah enak tinggal ngomong, tinggal larang ini itu. Kok lambat betul. Kemarin ke mana saja,” sesalnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post