SAMARINDA – Delay pesawat Lion Air yang berujung terlantarnya sejumlah penumpang di Bandara APT Pranoto harus disikapi serius baik pengelola bandara maupun Pemprov dan DPRD Kaltim. Hal itu agar pihak maskapai maksimal dalam memberi layanan kepada masyarakat. Demikian disampaikan Anggota DPRD Kaltim Rita Barito kemarin (18/1).
Rita mengatakan penelantaran penumpang itu mestinya tak terjadi jikalau maskapai punya itikad baik dalam memberi pelayanan. Karena sudah sering kali kejadian yang sama ditemukan oleh daerah lain, di luar Kaltim.
“Kasus ini ada baiknya direspons oleh pemprov maupun DPRD kaltim untuk mengambil langkah-langkah,” ungkapnya.
Hal itu agar kejadian yang sama tak terulang kembali. Ia menyarankan butuh duduk bersama dari Angkasa Pura, APT Pranoto, pihak maskapai, pemerintah daerah dan legislatif agar mencari jalan keluar yang baik.
“Karena biar bagaimana pun maskapai ini sering sekali membuat hal -hal yang tak mengenakkan para pengguna jasa penerbangan Lion, termasuk di Samarinda,” tuturnya.
Kendati demikian, dirinya mengakui memang benar cuaca buruk terjadi sejak beberapa waktu belakangan di Kota Tepian. Lalu lintas di langit Kota Tepian sebagian besar terganggu dan memang tak bisa dipaksakan terbang.
“Tapi kalau ada delay ya mestinya diberitahu 1 jam sebelumnya. Jangan dibiarkan penumpang menunggu hal yang tidak pasti. Kalau memang tidak terbang, jangan dipaksa dan diberitahu ke masyarakat,” tuturnya.
Diketahui, sesuai jadwal semestinya pesawat berangkat pada Rabu (16/1) pukul 17.55 Wita. Karena disebut tak bisa melakukan penerbangan malam, maka penumpang pesawat JT-665 akan diterbangkan keesokan harinya.
Namun, pihaknya menyebut maskapai justru menunda kembali jadwal keberangkatan. “Pertama pukul 07.15 Wita, 08.50 Wita, baru terakhir dan akhirnya terbang pada 11.30 Wita,” kata Stevanus salah seorang saksi mata.
Yang miris, kata Stevanus, penumpang dari luar Samarinda tidak memiliki tempat untuk menginap. Alhasil, mereka pun tidur semalam di bandara. Parahnya lagi, maskapai justru memberikan nasi setengah basi kepada penumpang tersebut.
Menurut Rita, tindakan tersebut di luar kemanusian. Sebagai maskapai mestinya memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat. “Sangat di sayangkan,” keluhnya.
Kejadian delay itu, menurut Rita sebetulnya tidak masalah jika maskapai memberi pelayanan yang baik kepada calon penumpang yang menggunakan jasa penerbangan. Lebih parahnya, di situasi masyarakat yang sedang kecewa dengan delay itu, pihaknya maskapai tidak memberikan klarifikasi yang memadai. Seperti hanya mengutus staf biasa memberitahu. “Staf biasa ini kan tidak bisa mengambil keputusan apapun,” ungkapnya.
Sebagai maskapai harus memberikan kepastian informasi kepada masyarakat agar tidak membuat kecewa. “Memang benar jika cuaca sedang buruk maka tak bisa dipaksanakan berangkat. Tapi perlu diingat bahwa pelayanan yang baik kepada masyarakat harus dijaga oleh maskapai,” kesalnya.
Dengan demikian, ia menyarankan agar pihak terkait harus mengambil sikap atas kasus ini.
Terpisah, Kepala UPBU APT Pranoto Samarinda Dodi Dharma Cahyadi Prihantoro menuturkan, permasalahan tertundanya penerbangan dari Samarinda menuju Surabaya pada Rabu, 16 Januari 2018 lantaran cuaca buruk yang terjadi di Kota Tepian dan Surabaya. “Di Surabaya sempat delay sejam, karena cuaca buruk. Diperkirakan pesawat dari Surabaya akan mendarat di Samarinda pada pukul 17.15 Wita,” ujarnya. Nah, karena jarak pandang di APT Pranoto pada sore kemarin tak sesuai standar penerbangan maka pilot memutuskan untuk melakukan divert atau pengalihan rute ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. (zak/beb/sapos)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post