Pekerjaan rumah yang belum tertuntaskan di Kutim memang masih banyak. Salah satunya infrastruktur jalan di kawasan pedalaman. Camat Batu Ampar Yuriansyah mengatakan, proses pengerjaan infrastruktur di wilayahnya masih jauh dibanding perkembangan di Sangatta. Pengerjaan fisik masih masih berupa pengerasan jalan, bukan berupa aspal atau cor beton. Pada saat hujan, akan bermunculan kembali lubang-lubang di jalan itu.
“Batu Ampar ini lokasinya sebagian besar berada di pegunungan atau dataran yang cenderung tinggi. Jika hujan deras, banjir akan muncul di beberapa desa yang dekat sungai, antara lain Desa Batu Timbau, Batu Timbau Ulu, Telaga, hingga Mawai,” ungkap dia.
Dia tahu, pemkab memberikan dana peduli desa kepada tiap kecamatan yang disesuaikan dengan usulan dalam musrenbang. “Tahun ini dijanjikan, dan sedang dalam proses untuk direalisasikan. Kalau tahun lalu, ada pengecoran dan pembangunan jembatan,” terang dia.
Untuk jalan akses antar-kecamatan, lanjut Yuriansyah, masih dalam bentuk pengerasan jalan. “Dijanjikan, akan ada proyek MYC (multiyears contract) pembangunan jalan. Yakni, jalur poros 12 km (kilometer) dari Desa Beno Harapan menuju pusat pemerintahan kecamatan di Desa Batu Timbau. Mudahan tahun ini bisa mulai,” ulasnya.
Sementara itu, dia mengatakan, kontribusi tiga perusahaan swasta setempat cukup aktif membantu memfasilitasi pembangunan dan perbaikan infrastruktur di tujuh desa di Batu Ampar.
Camat Long Mesangat Darmansyah menambahkan, ada beberapa desa rentan banjir di kecamatan yang dipimpinnya. Sementara jalan yang tersedia semuanya masih berbentuk tanah. “Kami mendapat proyek MYC untuk pembangunan jalan dari Desa Batu Balai ke Long Mesangat, sepanjang 12 km,” jelas lelaki yang kini telah dimutasi jabatan menjadi camat Muara Bengkal tersebut.
Sekretaris Camat Muara Bengkal Norhadi menjelaskan, saat ini proyek-proyek MYC di Kecamatan Muara Bengkal dan sekitarnya belum berjalan, karena masih menunggu kejelasan dari Pemkab Kutim. Sebab, diduga defisit anggaran membuat banyak proyek terhambat.
Untuk proyek peningkatan fisik yang kecil, sudah mulai dilelang. Yang jelas, nanti bila sudah MYC berjalan, diprogramkan untuk membenahi jalan di pusat sekitar kecamatan. Juga dibangunkan jalan beton yang akan menghubungkan antara kecamatan, di Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat, dan Busang.
Diterangkan, dikucurkan dana Rp 76 miliar untuk akses Desa Benua Baru ke Desa Ngayau, lalu Rp 57 miliar untuk Desa Ngatau ke Melupang, dan Rp 50 miliar dari Desa Batu Balai ke Kecamatan Long Mesangat.
“Pembangunan yang diutamakan di daerah hulu. Kalau itu sudah terealisasi, berikutnya perusahaan swasta lokal akan mendanai pembangunan jalan 23 km dari Desa Batu Balai ke Benua Baru,” ucap dia.
Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang menuturkan, proyek MYC untuk peningkatan akses jalan di kecamatan-kecamatan bakal paling diprioritaskan. “Itu sudah janji kami untuk meningkatkan fasilitas dasar di Kutim. Jadi, proyek MYC tersebut tidak bisa dikesampingkan. Bakal diupayakan tahun ini,” ungkap Ketua DPD Golkar Kutim tersebut kepada awak media, selepas coffee morning belum lama ini.
Ditemui lagi pada Selasa (9/10), Kasmidi mengakui, saat ini keadaan memang belum bangkit seutuhnya dari defisit. Sebab, dari pemerintah pusat melalui peraturan menteri keuangan (PMK), dinyatakan banyak pemangkasan anggaran, salah satunya dana bagi hasil dari pusat.
Begitu pula APBD Kutim yang defisit Rp 58 miliar pada tahun ini, dan APBD 2018 yang sudah tercium aroma tak sedap. “Tapi beberapa program prioritas akan dimaksimalkan,” ucapnya. (mon/hd/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: