bontangpost.id – Saya ingat satu kutipan menarik dari film The Secret Life of Walter Mitty. “Beautiful things don’t ask for attention.” Dalam terjemahan bebas: hal-hal yang mempesona tak pernah cari perhatian. Alih-alih “gila” perhatian, sesuatu yang memukau itu diam saja. Tak pernah pamer. Tapi orang-orang yang memburunya. Dengan berbagai cara. Meski itu mahal. Meski itu melelahkan.
Kutipan ini agaknya cukup menggambarkan bagaimana perjuangan saya dan teman-teman jurnalis Bontang menuju Batu Lapis. Terletak di Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Adapun Batu Lapis sebuah kawasan di “permukaan” rimba borneo. Spot andalan bagi mereka yang suka atau ingin mencumbu alam dengan lebih mesra.
Jadi persoalan, sebab untuk menuju Batu Lapis butuh perjuangan. Setidaknya bagi kami. Dari Bontang menuju Kaliorang, dibutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan darat. Mesti menyusuri jalan antarkota/kabupaten Kaltim yang “mulusnya” sungguh luar biasa itu. Sampai-sampai kami seolah lagi disko di atas mobil. Saking kuatnya getaran karena jalan berlubang atau patah atau amblas.
Setibanya di Kaliorang pun, kami tidak bisa langsung tiba di lokasi yang dituju. Sebab Batu Lapis tak bisa dijangkau dengan mobil. Kami harus berjalan kaki. Kata kawan dari backpacker Sangatta, yang kebetulan mendampingi. Setidaknya kami harus berjalan kaki sekitar 20 menit.
Kala itu mentari sedang terik-teriknya. Kulit kami terasa dibakar surya. Tapi kaki harus tetap melangkah. Enggan berjalan artinya tak akan tiba di Batu Lapis.
Medan yang dilalui menukik. Dengan jalan yang sepenuhnya masih tanah. Agak becek juga karena sebelumnya Kaliorang diguyur hujan.
Setidaknya bagi saya, jalan menurun tak terlalu berat. Yang bikin lelah karena ada carrier di punggung. Dan beberapa barang mesti ditenteng tangan. Sisanya, saya masih bisa menikmati perjalanan. Hijaunya pepohonan di kanan kiri jalan bikin hati rasanya damai.
Sekitar 20 menit jalan kaki, kami tiba di gerbang memasuki Batu Lapis. Bisa dibilang ini mirip gerbang rimba juga. Karena kami benar-benar membelah hutan. Sisanya, kami tenggelam di dalamnya.
Tiba di Batu Lapis, kami langsung disuguhkan aliran air yang mengadang tepat di depan mata. Sebab aliran itu pula yang mesti kami belah untuk kemudian sampai di spot camping.
Kalau lihat bentang alam di sekitar, tak sukar menerka mengapa tempat ini dinamai “Batu Lapis”. Karena seperti namanya, jejalan bebatuan membentang, sepanjang aliran sungai. Bebatuan tersebut terpahat alami, banyak guratan-guratan di badannya. Serupa betul dengan kue lapis yang setengahnya sudah digigit. Sementara di kanan kiri bebatuan, pohon-pohon menjulang tinggi.
Dengan kontur tanah tak rata, aliran air jatuh dalam tingkatan berbeda. Jadi terbentuk semacam air terjun mini di beberapa titik.
Kemudian spot camping. Lokasinya tepat di tepi aliran air. Melihat kontur tanah sekitar, lebih disarankan membawa hammock saja sebagai tempat istirahat. Bisa bawa dome, tapi terbatas. Paling banter cuma bisa berdiri dua dome masing-masing berukuran 2×2 meter.
Batu Lapis bisa dikatakan masih alami. Kendati tak sedikit yang sudah menjamah tempat ini. Bukti masih terjaganya alam sekitar, bisa dilihat dari air yang mengalir. Airnya jernih. Benar-benar dari hujan yang mengguyur hutan. Bahkan bisa dikonsumsi langsung. Tak berbau. Tak ada limbahnya.
Bagi kalian yang ingin menghilangkan sedikit beban usai menjalani rutinitas sehari-hari, tempat ini bisa jadi rekomendasi. Meski perlu jalan kaki dulu, tapi tak sukar dijangkau. Pun lokasinya terbilang masih di sisi luarnya hutan. Belum jantungnya.
Tapi tidak disarankan membawa anak kecil. Beberapa titik bebatuan berlumut. Licin ketika dilalui. Salah-salah bisa tergelincir kalau tidak fokus. Pun ada aliran air yang berbentuk kubangan cukup dalam. Sementara tak ada pembatas antara lokasi camp dan kubangan itu.
Oh ya satu lagi. Tempat ini masih asri. Jadi ketika camping jangan meninggalkan apapun. Sampah sisa makanan baiknya dibakar atau dibawa ketika meninggalkan lokasi camp.
Di tempat ini, kami hanya tinggal semalam. Sebab ada destinasi lain yang kami tuju. Tak jauh dari Batu Lapis. Masih di Kaliorang juga. Tempat itu cukup tersohor. Ia dikenal dengan Air Terjun Batu Putih. (bersambung)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post