bontangpost.id – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) telah mengajukan beberapa rencana proyek melalui dana alokasi khusus (DAK) 2023. Kabid Bina Marga Dinas PUPRK Anwar Nurdin mengatakan ada tiga prioritas yang diharapkan bisa terbantu dari postur bantuan anggaran tersebut. Meliputi penanganan longsoran di Jalan Soekarno-Hatta, perbaikan Jembatan Jalan Pontianak, dan renovasi Jalan KS Tubun.
“Kami sudah ajukan di awal tahun. Tinggal menunggu dari pemerintah pusat untuk asistensi jika itu diakomodasi,” kata Anwar.
Diketahui penanganan longsoran di Jalan Soekarno-Hatta sudah melalui perencanaan pada 2018 silam. Kebutuhan anggaran sebesar Rp 12 miliar. Namun nominal ini bakal berubah seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak bersubsidi. Mengingat penggunaan alat berat membutuhkan bahan bakar tersebut.
“Panjang bahu jalan yang diturap yakbni 80 meter. Satu sisi saja. Titiknya sebelum pipa pertama arah menuju Bontang Lestari,” ucapnya.
Saat ini telah dipasang garis polisi di titik itu. Sebagai peringatan bagi pengguna jalan yang melintas. Agar meminimalisasi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Bentuk desain konstruksi yang dipakai nantinya serupa dengan proyek 2019 silam. Kala itu pemkot menganggarkan Rp 6,1 miliar.
“Titiknya memang beda tapi desainnya bakal sama. Turap yang dibangun diberi lebar lebih dari bahu jalan,” tutur dia.
Selanjutnya pagu anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan Jembatan Pontianak mencapai Rp 7 miliar. Nantinya tiang pancang sisi kanan dan kiri jembatan akan dibenahi. Perbaikan tidak akan memakai konsep penggunaan tiang tengah. Supaya arus air sungai bisa lancar. Termasuk struktur jalan jembatan bakal ditinggikan. Panjang jembatan 20 meter dengan lebar delapan meter. Kemudian atas jembatan akan dilapisi aspal. Sebagai akses warga sekitar. Penghubung Jalan Asmawarman dengan Jalan Soekarno-Hatta.
“Ini termasuk perbaikan parit di titik tersebut. Sebab aliran air saat ini mengarah ke Jalan Asmawarman. Karena elevasi parit tidak sesuai,” sebutnya.
Sebelumnya Dinas PUPRK menyatakan kondisi jembatan ibarat kanker stadium level 4. Sangat membahayakan sehingga dibutuhkan perombakan total secepatnya. Agar tak ada hal buruk terjadi. Berdasarkan hasil survei bersama konsultan, jembatan berusia puluhan tahun itu bisa ambruk kapan saja. Paling riskan, ketika hujan mengguyur. Bila hujan deras, lantas ada kendaraan berbobot besar melintas di jembatan, seperti truk pengangkut tanah, pasir, dan batu, dikhawatirkan jembatan bisa patah kapan saja. Sebabnya, konstruksi yang mengisi badan jembatan sudah mengalami penurunan. Penyangganya pun sama, telah bergeser beberapa senti. Sementara siring yang berada di bawah jembatan rupanya juga amblas. Sehingga tanah meluber hingga kolong jembatan. “Kondisi pondasi jembatan telah ambles,” urainya.
Baca juga; Jalan Longsor di Jalan Soekarno-Hatta Belum Tersentuh Perbaikan, Pengendara Diminta Hati-hati
Selanjutnya perbaikan Jalan KS Tubun diperkirakan membutuhkan Rp 7,4 miliar. Anwar menjelaskan proyek ini sudah mencakup semua aspek. Mulai dari pengaspalan, pembuatan trotoar, dan perbaikan drainase. Kondisi Jalan KS Tubun sungguh memprihatinkan. Pasalnya lapisan aspal sudah banyak yang terkelupas. Sehingga menyebabkan struktur jalan tidak rata. Belum lagi adanya lubang di badan jalan.
Mulai dari akibat galian pipa maupun karena struktur aspal sudah keropos. Berdasarkan pengamatan awak media Kaltim Post terdapat 78 titik lubang. Mulai dari simpang empat Bontang Kuala hingga simpang tiga Pasar Taman Rawa Indah. Kerusakan itu mulai dari level ringan hingga berat. Titik terparah yakni sekitar jembatan Pasar Taman Rawa Indah, depan SPBU KS Tubun, depan pintu masuk Stadion Bessai Berinta, hingga dekat jembatan arah ke Bontang Kuala. Perencanaan perbaikan akses ini sudah ada sejak 2018 silam. Tetapi setahun kemudian pemulusan hanya sebagian titik. Itu pun hanya satu ruas jalan.
“Dengan total anggaran segitu sudah full desain,” sebutnya.
Tak hanya itu, Dinas PUPRK juga mengajukan tambal-sulam Jalan Soekarno-Hatta dan M Roem hingga Urip Sumoharjo. Masing-masing diajukan Rp 8,4 dan Rp 4 miliar. Meski demikian kedua akses ini masih mengadu tipe jalan lama. Sehingga sifatnya hanya rehab. Kini Pemkot masih menyusun masterplan pengembangan jalan. Sesuai area kawasan ini berubah menjadi industri.
“Jadi kami ajukan saja. Kalau nanti naik tipe kelas dari 8 ton menjadi 30 ton maka kami akan ajukan ulang,” urainya.
Disebutkan banyaknya pengajuan melalui DAK ini bergantung pemerintah pusat. Sebab mana saja proyek yang diakomodasi merupakan ranah dari mereka. Pemkot hanya sebatas memasukkan dokumen. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: