Oleh Hj. Muthi’ Masfu’ah ‘Ma’ruf’ AMd
(Ketua Gagas Citra Media Dan Rumah Kreatif Salsabila)
Aku mengenal Tri Wahyuni sebagai orang yang sangat bersemangat, pertama berkenalan malah dia yang berkunjung ke rumahku. Dia adalah temanku yang paling rajin mengajakku menulis, paling sering pergi ke acara pertemuan penulis, membuat antologi, sekaligus rajin silaturrahim sambil—terkadang—barter buku-buku baru denganku. Namun ketika aku mendengar kabar bahwa Yuni diserang kanker, aku membayangkan pastilah dia akan berubah, aku menduga Yuni akan menjadi orang yang tidak lagi kukenal. Dia pasti sangat terpuruk, mungkin dia tak akan seceria dulu lagi, pastilah sekarang hidupnya diliputi kesedihan yang panjang. Begitu pikirku.
Tapi ternyata dugaanku itu keliru, Yuni tetaplah seorang Yuni yang selalu hadir dengan kobaran semangat, dan tetap menginspirasi luar biasa bagi siapapun yang dekat dengannya atau membaca karya-karyanya. Hal itu terutama sekali terasa ketika aku melakukan diskusi buku “Kanker Bukan Akhir Segalanya” di rubrik Obsesi radio Buana, dimana aku menjadi penyiarnya.
Sepanjang acara, banyak pencerahan kudapatkan dari ibu yang sudah berhasil menulis empat buku sendiri dan 12 buku antologi, termasuk juga berbagai penghargaan seperti: Penulis Perempuan Terinspiratif Literasi Award 2016 Gerakan Indonesia Membaca Kota Samarinda, Finalis Kartini Next Generation 2015 Kementerian Komunikasi dan Informatika, 15 Ibu Hebat 2015 dari The Asian Parents, dan Perempuan Terinspiratif 2014 Komunitas IIDN.
Dalam acara tersebut, Yuni mengisahkan dengan detail pengalaman dan cerita yang sarat informasi, pelajaran dan inspirasi. Termasuk bagaimana cara memotivasi diri meskipun dalam keadaan sakit kanker untuk terus menulis. Termasuk Yuni pun tidak sungkan menceritakan saat-saat dia merasa sangat terpuruk “Saya tidak yakin bisa mampu menjalani hari-hari sebagai survivor kanker.
Apalagi saya juga merasakan berbagai dampak dari penyakit kanker itu. Mulai dari rasa sakit dan nyeri hebat, hingga harus merasakan efek pengobatan yang membuat rambut rontok, mual, lemas dan merasa tidak berdaya. Saya hanyalah manusia biasa, ada kalanya saya berada dalam titik terendah dan nyaris terpuruk. Namun, saya berusaha bangkit dan mengingatkan bahwa ada anak-anak yang membutuhkan saya, dan berharap akan selalu ada pertolongan.” Ujarnya.
Waktu terus berjalan, alhamdulillah lambat laun Yuni pun bisa mengumpulkan semangat untuk menaklukkan kanker. Walaupun kadang Yuni merasa lelah menjalani pengobatan, tetapi ia berusaha menguatkan tekad. Apalagi keluarga dan sahabat yang selalu hadir mendukung untuk menguatkan dan mendukungnya. “Begitu kondisi saya membaik. Saya kembali menjalani aktifitas seperti biasa, aktifitas sebagai seorang istri dan ibu. Saya merasakan selalu bahagia bersama anak-anak, keluarga dan melakukan banyak kegiatan yang baik bermanfaat untuk orang lain,” paparnya
Bahkan, ia tidak ingin orang lain mengalami hal seperti dirinya. Pengalaman terlambat mendeteksi dan menjalani pengobatan kanker sejak dini membuat Yuni ingin terus melakukan edukasi soal kanker kepada masyarakat. Karena itulah Yuni rajin menulis tentang kanker dan sudah banyak tulisannya yang dimuat di media, antara lain Republika, Kaltim Post, Lampung Post, Majalah Kartini, Majalah Sekar, dan masih banyak lagi.
Kini, ibu yang tambah juga aktif dalam organisasi Perempuan Penulis Kaltim (PPK), Jaring Penulis Kaltim (JPK), Komunitas Ladang, Studio Kata Samarinda, Cancer Informatian and Support Center (CISC) dan Komunitas Pejuang Tiroid Pita Tosca ini tetap mencoba berbagi kekuatan, inspirasi serta motivasi untuk keluarga maupun orang lain.
Yuni masih ingin terus bahagia dengan bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan Yuni tetap mengadakan kelas menulis online untuk para survivor. “Di tengah keterbatasan fisik yang saya miliki, saya masih tetap merasa sebagai manusia normal yang bisa saling memberi kekuatan positif dan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain,” ujar Yuni
Patmi Yati, S.Pd, peraih gelar Guru Berprestasi Tingkat Nasional berpendapat bahwa Yuni adalah salah satu contoh perempuan yang menginspirasi di Kalimatan Timur. Terutama sekali karena ia berhasil membangun semangat dengan perjuangan yang tentu tidak mudah untuk terus berbagi manfaat dengan menulis untuk kita semua.
Lebih jauh lagi, Patmi berpendapat bahwa sakit adalah sebentuk cinta dari Allah SWT. Agar kita tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan segala dosa kita di dunia, antara lain dengan mendatangkan sakit untuk menebus dosa. Siapapun di antara hamba-Nya yang sabar, sanggup bertahan baik dalam susah maupun senang, maka inilah golongan yang dirahmati Allah SWT, dan Yuni adalah contoh muslimah yang patut kita tiru
Di tengah perjuangannya Yuni mendapat cobaan baru. Sudah setahun lebih penyakit kanker tiroid stadium lanjut menggerogoti paru-paru dan tulang belakangnya. Yuni tidak bisa duduk serta berdiri. Pendek kata, kondisi Yuni kini nyaris lumpuh. Ia pun sempat merasa sangat sedih dan terpuruk, namun pad akhirnya ia dia tetap bertekad untuk membahagiakan keluarga khususnya kedua orangtua dan anak-anaknya. Dalam kondisi berbaring dan kemana-mana harus ditandu, Yuni masih aktif menulis. Dia juga terus aktif mengedukasi kanker kepada orang lain dan mensupport para survivor untuk pantang menyerah.
“Puncak melampai batas, ketika saya melakukan bedah buku yang saya tulis dan menerima penghargaan dalam sebuah acara dengan kondisi berbaring di tandu ambulan Keluarga dan para sahabat hadir menemani. Saya melihat senyum mereka yang turut bahagia dan haru. Kebatasan fisik tidak menghalangi saya melakukan hal-hal positif yang membahagiaan diri dan orang lain. Saya hanya ingin mengobarkan harapan dan kekuatan bagi orang lain. Karena bagi saya, kanker bukan akhir dunia.” Demikian ujar Yuni
Meminjam bahasa Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerjaan untuk keabadian.” Yuni pun telah menorehkan sejarah inspirasi di bumi Kalimantan Timur. Yuni mengajarkan bahwa menderita kanker bukan berarti kita menyerah pada nasib. Menderita kanker bukan berarti masa depan kita otomatis kelam. Or as rightly pointed out by Tri Wahyuni, kanker bukanlah akhir dunia.
Melalui berbagi pengalamannya, Yuni yang juga merupakan alumni jurusan pertanian Universitas Brawijaya Malang ini mampu menularkan semangat yang tidak pernah padam dan pelajaran ikhtiar yang tiada henti berkat rahmat-Nya.
Melalui goresan dan kata-kata cintanya, Yuni mampu mengingatkan kita akan makna bersyukur dan selalu percaya bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang hanya memberi yang terbaik untuk hamba-Nya, bahkan ketika diuji oleh-Nya lewat penyakit kanker sekalipun tentulah dalam kesanggupan manusia itu sendiri.
Melalui kegigihan dan kerja kerasnya, Yuni meyakinkan semua bahwa jika kita mau berusaha, Allah SWT akan memberi jalan-Nya kemudahan dalam berkarya dan menulis, memberikan kekuatan mental yang sangat besar dibandingkan kekuatan fisiknya.
PAGI KELABU MENGIRINGI KEPERGIANMU SAHABAT.
Tri Wahyuni Zuhri Sang “CINTA, HARAPAN, DAN KEAJAIBAN” [Penulis buku, bloger, kolumnis, survivor cancer – motivator, penerima berbagai penghargaan, dll.- Alumni Univ. Brawijaya]… subuh dini hari telah menemui Sang Maha Cinta… Berita menggemparkan itu menyesakkan dadaku… seolah tak percaya… Innalillahi wainna ilaihi raajiuun.
Sungguh, tak ada seorang pun di bumi ini yang mendapatkan semua yang diinginkan. Setiap kehidupan seseorang adalah milik Allah, setiap orang lahir di waktu yang telah ditakdirkan Allah sebelumnya dan sesuai kehendak Allah. Inilah sebabnya, Allah—yang kepada-Nya kembali segala sesuatu di langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya—dapat mengambil kembali jiwa siapa pun yang diinginkannya, kapan pun Dia menginginkannya.
Sungguh, tak ada seorang pun yang dapat menunda ketentuan Allah. Hal ini dinyatakan di dalam pesan cinta Allah :
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran [3]: 145)
Yuni sahabat penuh cinta kini telah terlebih dahulu pergi di bulan penuh kemuliaan ini… Ditengah perjuangannya melawan sakit kanker yang mendera-dera… Sementara kita menanti giliran entah dengan cara yang bagaimana kita pun tak tahu… Semoga engkau khusnul khotimah sahabat yang sangat menginspirasi orang-orang disekitarmu… Semoga engkau mendapat tempat yg mulia di sisi Allah SWT, melapangkan kuburmu dengan segenap kebaikan-kebaikanmu…. aamiin YRA.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: