SAMARINDA – Jembatan Mahkota Achmad Amins sudah diresminkan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Kamis (8/2) lalu di Jalan Bhayangkara Samarinda. Sejumlah pihak pernah mempertanyakan penyelesaian proyek yang digagas Achmad Amins tersebut. Pasalnya terjadi tarik ulur penyelesaian pembangunan sejak pertama kali dibangun pada 2003.
Proyek yang telah menghabiskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 245.568.534.000 tersebut memiliki sejarah panjang, baik di bidang perencanaan, pembangunan, maupun proses penyelesaiannya yang penuh tantangan.
Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang mengisahkan, jembatan tersebut pernah berkali-kali ditolak, baik oleh masyarakat, pengusaha di bidang pelayaran, maupun anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda.
“Sesuai undang-undang internasional dan nasional, kita tidak boleh merintangi arus pelayaran kapal. Pada awalnya, keberadaan jembatan Mahkota Achmad Amins dituding merintangi arus pelayaran kapal,” ungkap Jaang.
Salah satu cara yang harus dilakukan pemerintah kota (pemkot) yakni harus membangun pelabuhan baru untuk menggantikan Pelabuhan Yos Sudarso. Hal inilah yang melatarbelakangi pembangunan pelabuhan yang menggantikan Pelabuhan Peti Kemas.
Kemudian, pembangunan dilakukan pemerintah. Sehingga terbangun Pelabuhan Peti Kemas di Palaran yang memiliki fungsi membuka akses yang menutup alur pelayaran dari hilir menuju pelabuhan lama.
Tak sampai di situ, pemerintah dihebohkan karena jembatan yang sudah mulai terbangun pernah ditabrak kapal. Namun belakangan, setelah dicek oleh pemerintah pusat, informasi tersebut tidak benar.
“Heboh sekali waktu itu di masyarakat, jembatan ditabrak ponton. Ini berita hoax, karena setelah dicek Kementerian Pekerjaan Umum, alhamdulillah tidak ada masalah,” ujarnya.
Akhirnya, pada Idul Fitri 2017 dilanjutkan pembangunan jembatan tersebut. Sehingga pembangunannya dapat berlangsung sampai selesai di 2018. Karena itu, meski berjalan cukup panjang, jembatan ini memiliki kelebihan dibanding jembatan lain di Kaltim.
“Di jembatan sudah dipasang sensor otomatis. Burung yang hinggap saja bisa diketahui getarannya, apalagi manusia. Begitu pun kendaraan, bisa dimonitor setiap saat dengan sistem komputerisasi,” terangnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: