bontangpost.id – Di tengah kekurangan sumber air baku dan rencana pemanfaatan air kolam eks tambang, Perumda Tirta Taman juga dihadapkan banyaknya keluhan pelanggan. Manajemen Perumda memaparkan, selama tiga bulan terakhir telah menerima 365 aduan. Tertinggi menyangkut kebocoran sambungan rumah.
Direktur Perumda Tirta Taman Suramin merincikan, pada April menerima aduan sehubungan permasalahan itu sebanyak 89 kali. Angka itu menurun di Mei yakni 55 kali. Disusul Juni sejumlah 58 kali. Angka ini didapat hasil rekapan pelayanan penerima aduan. Baik melalui loket maupun customer service.
“Total aduan kebocoran ini mencapai 202 aduan selama tiga bulan terakhir,” kata Suramin.
Ia menegaskan begitu mendapatkan laporan, petugas langsung melakukan tinjauan lapangan. Hasilnya, kebocoran pipa ini terjadi baik di sebelum meteran maupun sesudah. Jika sebelum maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab manajemen Perumda Tirta Taman.
“Ada juga yang di pipa instalasi menuju ke keran. Tapi kami tetap membantu secara teknisnya,” ucapnya.
Mengingat jika dibiarkan bakal terjadi kerugian. Dampaknya menyangkut tekanan, kualitas air, maupun biaya. Walaupun diameter kebocoran pipa sangat kecil.
“Tetesan itu pasti akan berpengaruh terhadap nominal biaya yang wajib ditanggung pelanggan,” tutur dia.
Keluhan selanjutnya ialah mengenai air tidak mengalir. Total aduan dalam kurun tiga bulan mencapai 154 aduan. Kondisi ini disebabkan beberapa pompa mengalami kerusakan. Terbaru ialah berada di WTP Bhayangkara. Kini, manajemen berupaya untuk penggantian alat.
Permasalahan kualitas air hanya ada tujuh kali aduan. Suramin menjelaskan kualitas air pada tiga bulan itu terjadi lantaran WTP tidak mengalami shutdown. Alasan manajemen tidak memberlakukan langkah pemeliharaan dikarenakan kebutuhan air selama pandemi Covid-19 sangat tinggi. Mengingat pelanggan diwajibkan untuk mencuci tangan rutin. Sehubungan dengan pemutusan mata rantai penyebaran virus corona.
“Mulai beberapa pekan lalu kami sudah jadwalkan bergilir shutdown. Biasanya yang tiga bulan ini memang menjadi empat hingga lima bulan selama ada virus corona,” sebutnya.
Kondisi ini juga menepis adanya tudingan komplain terhadap pembengkakan pembayaran rekening air. Setelah penghentian subsidi pembayaran dari Pemkot Bontang bagi sekira 26 ribu sambungan rumah (SR).
Hingga kini baru ada dua aduan sehubungan itu. Bahkan ada keluhan pelanggan dengan tagihan mencapai Rp 2 juta. Petugas pun melakukan pengecekan. Ternyata merupakan besaran akulumasi selama beberapa bulan.
“Jadi bukan merupakan tagihan terakhir. Perumda tidak pernah menaikkan tarif. Tetapi selama Covid-19 ini memang terjadi peningkatan pemakaian,” tegas Suramin. (*/ak/rdh/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post