SAMARINDA – Satu per satu peserta tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang digelar di SMK N 1 Samarinda keluar dengan wajah lemas. Hal ini lantaran mereka baru saja bekutat dengan 100 soal dalam jangka waktu 90 menit yang cukup menguras tenaga. Belum lagi perasaan waswas yang menyelimuti kala menanti pengumuman tes yang dilakukan pada saat itu juga.
Seketika, banyak wajah lemah yang langsung diliputi mendung saat pengumuman menyatakan dirinya tidak lulus tes CPNS. Sebagian besar peserta malah banyak yang mencoba menguatkan diri dan menyemangati sesama rekan seperjuangan bahwa ini bukan masalah besar. Anggap saja suatu pengalaman dan pembelajaran yang manis. Atau keberuntungan yang tertunda.
Seperti yang diungkapkan Siska Hana, salah seorang warga Mangkupalas, Samarinda Seberang. Walau harus membawa perut yang mulai membesar, nyatanya tidak membuat wanita yang sedang menanti kelahiran anak pertamanya ini mudah menyerah.
Terbukti, ini merupakan tes CPNS-nya yang ketiga. Dan pengalaman yang ketiganya pula gagal untuk menjadi abdi negara.
Kendati demikian, menurut pengalamannya tes CPNS tahun ini terbilang lebih mudah jika dibandingkan tes sebelumnya. Hal ini lantaran soal tes intelegensi umum (TIU) yang tidak lagi memuat grafis yang menyulitkan dan soal tes wawasan kebangsaan (TWK) yang tidak lagi memuat soal mengenai undang-undang (UU).
Sehingga, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peserta yang memang tidak terlalu menguatkan diri belajar mengenai UU. “Hanya saja dibandingkan kedua kategori itu, soal TKP (tes karakteristik kepribadian) memang paling susah,” ujarnya kepada Metro Samarinda, Kamis (8/11) kemarin.
Hal serupa juga diakui Ifan Munif Fajriawan, salah seorang peserta yang tidak lulus yang kini tinggal di Jalan Juanda. Ia juga mengaku tes CPNS sebenarnya tidak terlalu sulit.
Namun, yang menjadi kendala banyak peserta terkecoh dengan soal-soal tersebut. Karena rekomendasi soal yang dipelajari nyatanya tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Kelulusan tes CPNS bukan lagi permasalahan intelektual, namun lebih kepada keberuntungan.
Di tes sebelumnya, kata dia, biasanya permasalahan mengenai UU tidak pernah terlewat. Namun setelah berlelah mempelajari UU yang ada di Indonesia ternyata soal mengenai hal tersebut tidak keluar.
Begitupun mengenai poin lebih tinggi yang diterapkan di TKP dan TWK, membuat banyak peserta lebih memilih fokus mengejar poin. Padahal ternyata soal TIU tidak serumit yang mereka bayangkan.
“Ternyata soal TIU termasuk soal yang bisa kita kerjakan, karena memang tidak serumit tahun sebelumnya. Namun, karena saya fokus mengejar poin dalam TKP membuat saya tidak fokus di TIU. Malah nilai saya jatuhnya di TKP, kurang dua poin untuk lulus,” ungkap dia.
Pengalaman peserta lainnya, Satriani, berbeda dengan dua orang sebelumnya yang masih terkesan positif dan tidak putus asa mengenai tes CPNS. Namun, nyatanya tes CPNS ini membuat Satriani yang merupakan warga Kota Tepian asal Kecamatan Sungai Siring jera.
“Bagaimana tidak, kami disuruh mengerjakan 100 soal padahal waktunya mepet. Harus dikerjakan dalam 90 menit. Soalnya panjang-panjang dan susah-susah lagi. Satu soal harus dikerjakan kurang dari satu menit, belum bacanya. Kayak apa mau lulus,” ungkapnya sedikit kesal.
Satriani pun berharap, di tes CPNS selanjutnya pemerintah dapat mempertimbangkan kemudahan bagi peserta CPNS. Jika tidak bisa mengurangi jumlah soal, paling tidak mereka diberi waktu sedikit lebih banyak untuk mengerjakan soal-soal tersebut.
Dari pantauan media ini, untuk sesi pertama tes CPNS yang digelar di hari ketiga, ternyata hanya satu orang yang lulus dari 180 peserta. Hal ini pun dibenarkan Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Samarinda, Arliansyah. Meski belum mengetahui jumlah keseluruhan peserta yang lulus, ia mengakui dalam tes kali ini banyak yang tidak lulus.
Untuk diketahui, informasi terakhir yang diterima media ini, baru 30 orang yang lulus dalam dua hari tes CPNS. Namun, data tersebut masih data kasar yang belum diklasifikasikan secara detail ke dalam masing-masing formasi yang memiliki passing grade berbeda. Sebagaimana diketahui, nilai untuk tes CPNS jalur umum, cumlaude, dan penyadang disabilitas memang dibedakan.
Menyikapi kemungkinan banyaknya peserta yang tidak lulus dan mengisi kebutuhan Pemkot Samarinda, Arli sendiri belum dapat banyak berkomentar. Ia hanya mengatakan, itu merupakan kewenangan Badan Kepegawaian Negara (BKN) Pusat. Pihaknya nanti hanya akan mengikuti rekomendasi apa yang diberikan agar tidak ada kekosongan dalam formasi tersebut.
“Kami masih belum tahu, seperti apa kebijakannya nanti. Karena tes juga masih berjalan. Tapi, nanti kami juga akan mempertanyakan mengenai hal tersebut. Kementerian yang akan mengambil sikap seperti apa kalau nanti banyak yang tidak bisa memenuhi passing grade yang ada,” kata dia.
Terlebih, data mengenai peserta yang lolos nanti akan dibawa ke BKN untuk dianalisa siapa saja yang berhak mengikuti seleksi selanjutnya pada 22-23 November mendatang. “Rencananya tes akan dilakukan lagi di sini,” ungkapnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: