Oleh:
Fachru Rizal Zami
Kord. Bidang Keilmuan dan Reset PC. IMM Kutai Timur
“Syahru Ramadan” atau bulan Ramadan merupakan suatu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam. Bulan Suci Ramadan merupakan bulan kesembilan pada penanggalan Hijriah. Selain memiliki keutamaan-keutamaan di dalamnya, Ramadan juga menjadi ajang kompetisi bagi umat muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah-ibadah mahdoh maupun ghairu mahdoh, sehingga ketika meninggalkan Ramadan nantinya dapat menjadi insan yang bertakwa sesuai hikmah dari Qs.Al-Baqarah:183.
Puasa disyariatkan untuk menjadi prantara atau jalan bagi kaum muslim yang melakukanya guna mencapai derajat manusia yang utama. Dengan tegas disebutkan bahwa puasa diwajibkan untuk mereka-mereka yang beriman. Beriman sebagai bentuk dari mereka yang mendapat pencerahan dalam kehidupan, sehingga pemikiran dan perilaku hidupnya mencerminkan kematangan serta kedewasaan dalam beragama dan bermasyarakat.
Puasa juga bukan semata-mata ibadah ritual, puasa juga memiliki dimensi sosial. Ibadah sosial memang tak kalah utamanya dibanding ibadah ritual. Namun, tidak seharusnya kita mempertentangkan keduanya (ibadah sosial & ritual). Sebab keduanya mempunyai makna serta manfaat yang dalam bagi pembentukan kepribadian manusia beriman. Sikap sosial dapat tertuang dalam bentuk kedermawanan . kedermawanan berarti lebih mendahulukan bagian orang lain dibanding bagian diri sendiri secara personal. Dalam islam, konsep “filantropi” acapkali dikenal dalam istilah zakat ,infaq, sedekah dan wakaf., semua itu perwujudan dari rasa kepedulian terhadap sesama.
Di dalam Al-Qur’an juga dapat kita jumpai dalil-dalil perwujudan sikap sosial filantropi dalam Islam, seperti terdapat di surah Al-Baqarah ayat 177, yang artinya :
“kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin,dan orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang0-orang yang menepati janji, apabila ia berjanji,dan oran-orang yang bertakwa”
Praktik sikap filantropi (kedermawanan) memberi isyarat menggembirakan tentang peradaban Islam di masa depan, insyaAllah. Wallahu a’lam Bissawaf. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: