SANGATTA – Wacana Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dengan memberi tanda rumah warga berpenghasilan rendah akan menjadi terobosan baru.
Wakil Bupati Kutim, Kasmidi Bulang menyampaikan, wacana pemerintah kabupaten (pemkab) perihal pemberian simbol atau tanda bagi warganya yang tidak mampu tersebut dengan beberapa maksud.
“Kita baru membahas rencana untuk pemberian tanda, misalnya merah untuk warga miskin, atau warna lain. Yang penting ada pembeda dengan masyarakat yang lebih mampu. Hal tersebut bertujuan agar memudahkan pemerintah dalam memberi bantuan, supaya tidak salah sasaran dalam penyaluran barang maupun uang,” katanya saat diwawancarai belum lama ini.
Menurutnya saat ini sangat sulit membedakan kondisi warga mampu dan kurang mampu. Terlebih di Kutim, kerap membuat wabup merasa bingung. Pasalnya banyak warga yang bertaraf ekonomi rendah, namun enggan dikategorikan miskin.
“Kami terkadang merasa kesulitan saat akan memberi bantuan. Ketika dikatakan miskin mereka menolak. Tapi jika tetangganya mendapat bantuan, kadang mereka merasa lebih miskin. Hal itu yang membuat kami merasa bimbang,” tandasnya.
Dia mengatakan pemkab Kutim belum memiliki data valid yang dapat menjadi acuan. Tak ayal dirinya sudah memiliki rencana lain. Yakni menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mendata kekayaan warga daerah.
“Kami tidak bisa jika bekerja sendiri. Nantinya akan ajak BPS untuk mendata warga mana yang bertaraf ekonomi rendah, menengah, dan tinggi. Jika dengan tanda merah tadi untuk warga miskin, bisa berubah warna lagi ketika pendapatannya meningkat. Tapi ya harus koordinasi dahulu sama badan statistik,” tandasnya.
Kasmidi menyangkal, kala diwawancara perihal Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D) yang dikategorikan miskin dengan penghasilan kurang dari satu juta rupiah, bagi yang sudah berkeluarga. Menurutnya hal tersebut tidak benar. Pasalnya banyak pegawai kontrak yang memiliki harta kekayaan lain.
“Bagaimana mereka dikatakan miskin, sedangkan belum ada tolok ukurnya. Banyak sekali TK2D yang memiliki mobil pribadi. Kan tidak mudah bagi kita untuk menilai mereka miskin. Saya rasa tidak ada orang mau disebut seperti itu,” ujarnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: