Sore itu, Ratna –bukan nama sebenarnya- mendapatkan sebuah kabar yang begitu menghentak batin. Berita yang begitu gelap. Apalagi kala itu dia sedang berbadan dua. Ratna divonis mengidap human immunodeficiency virus (HIV). Dunia serasa berakhir baginya.
KABAR yang disampaikan salah satu dokter di RS AW Syahrani Samarinda ketika itu lirih. Di ruangan berukuran 4×4 meter itu dia hanya diam terpaku, mencoba menguatkan keyakinan bahwa kabar yang diterimanya salah. Namun kodrat telah berkehendak. Garis takdirnya sudah dituliskan. Kabar yang sulit diterima siapapun. Karena virus yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya itu belum memiliki penawar.
“Pertama kali saya tahu sekitar bulan Juni 2009. Kata dokter saya positif HIV yang merupakan penularan dari suami,” katanya membagi cerita dengan Sangatta Post, pekan lalu.
Diceritakan, awal mula terungkapnya masalah ini ketika suaminya Andre –bukan nama sebenarnya– mulai sering sakit-sakitan. Ketika itu badan Andre terlihat semakin kurus. Bahkan sudah tidak bertenaga lagi.
Melihat itu, Ratna sering meminta Andre memeriksakan kesehatan. Namun ditolak lelaki berkulit sawot matang tersebut. Sehingga tak jarang pasangan suami istri ini sampai harus beradu mulut.
Setelah berulang kali diminta. Andre akhirnya luluh dan mau diperiksa. Pilihan ini jalan satu-satunya karena kesehatan Andre mendadak droop kala itu. Dari sinilah rahasia besar yang selama ini disimpan rapat-rapat lelaki asal pulau Jawa ini terungkap. Alangkah kagetnya Ratna mengetahui bila penyakit yang diidap sang suami adalah aquaired immunodeficiency syndrome (Aids). Tanpa disadari air mata Ratna jatuh terurai membasahi pipi. Badan bergetar. Semua mendadak jadi hening. Jiwa wanita asal Blitar, Jawa Timur ini terasa tercabik-cabik. Apalagi Aids yang bersarang dalam badan Andre telah masuk level akut.
Artinya, kehidupan Andre tinggal menghitung waktu saja. Batin Ratna semakin berkecamuk karena HIV yang juga bersarang dalam dirinya berpotensi menular pada jabang bayi.
“Saya dan suami dikonseling. Dokter kasih tau kalau suami saya mengidap Aids. Terus dokter menawarkan supaya saya juga dicek. Dari situlah saya mengetahui kalau saya juga positif terkena HIV,” jelasnya.
Bimbingan dan terapi dari dokter menjadi obat. Pertemuan dengan LSM Laras -organisasi tempat berhimpun dan pembinaan orang dengan HIV Aids (ODHA)- juga memberikan kekuatan bagi Ratna. Kini dia merasa tidak sendiri. Banyak orang sependeritaan memberikan motivasi untuk selalu semangat.
“Kalau ditanyakan perasaan, ya campur aduklah. Apalagi saya hamil, suami sakit. Saya juga mengidap HIV. Tapi karena yang namanya nasib, ya dijalani aja sudah,” ujarnya menguatkan perasaan.
Empat bulan kemudian, tepatnya November 2009 di RS AW Syahrani Samarinda. Ratna melahirkan seorang bayi cantik. Kehadiran sang buah hati memberikan suntikan untuk kembali mengokohkan semangat hidup.
“Alhamdulillah, bayi saya dinyatakan negatif. Karena senang, saya sampai enggak bisa menggambarkan perasaan. Terharu,” tuturnya tersenyum.
Sebelumnya, untuk mengantisipasi penularan HIV kepada si bayi. Ratna disarankan menjalani sejumlah pengobatan dan diharuskan melahirkan dengan operasi caesar. Tanpa pikir panjang langsung disetujui wanita yang memiliki tinggi 1,5 meter ini.
“Ketika awal mengidap HIV, tubuh saya masih kuat dan sehat. Jadi tidak langsung berpengaruh ke janin. Pendampingan dari rumah sakit juga sangat saya syukuri saat itu,” sebutnya.
Diakui, sampai sekarang ini dirinya belum tau dari mana Andre mendapatkan penyakit tersebut. Setiap kali ditanya, sang suami selalu bungkam. Karena tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan dan penyesalan. Wanita yang kini menetap di Sangatta Utara ini memilih untuk melupakan.
“Sudah sempat saya tanya. Cuman dia (Andre, Red.) ngak pernah mau menjawab. Apakah karena hubungan dengan perempuan lain, atau karena narkoba. Saya juga enggak mengerti,” katanya.
Semasa pacaran, Ratna dan Andre tinggal terpisah. Menjelang pernikahan tahun 2007 silam baru Ratna pindah dari Blitar ke tempat kerja suami di Samarinda. Karena itu dia tidak mengetahui seperti apa pergaulan Andre.
“Dia memang pernah ngaku pakai narkoba. Selain itu enggak ada. Tapi apapun itu, di pikiran saya sekarang bagaimana melanjutkan hidup. Masa lalu biarlah berlalu. Masa sekarang dan mendatang yang perlu saya jalani,” katanya mencoba membijaki diri.
Setelah berjuang dengan penyakit yang menggerogoti imun tubuh. Awal tahun 2010 Andre tutup usia. Ratna sempat limbung. Namun dukungan dari kaka ipar almarhum suami, serta seraut wajah lucu buah hati jadi pelita hidup Ratna.
Dua tahun sejak Andre tutup usia. Ratna kembali merajuk kehidupan. Menata masa depan bersama sang anak yang kini telah beranjak dewasa.
Sekitar awal tahun 2013, Ratna mendapatkan tambatan hati. Lelaki asal Kutim. Dia adalah Rudi (35) -bukan nama sebenarnya-. Lelaki berkulit hitam ini secara terbuka menerima setiap kekurangan ibu satu anak tersebut.
“Pertengahan tahun 2013, saya menikah lagi. Suami saya tau kalau saya mengidap HIV. Saya bersyukur dia mau menerima. Dia juga terbuka ketika saya memberitahukan kalau yang mengidap penyakit tersebut,” katanya.
Empat tahun membina bahtera rumah tangga. Ratna dan Rudi belum dikarunia buah hati. Dokter konseling menyerankan tidak boleh hamil dulu sebelum semua tahapan pengobatan dilakukan.
Namun akhir tahun 2016 lalu. Ratna sudah dizinkan untuk mengandung. Seiring kesehatan dan imun tubuh yang perlahan kuat. Tapi masih dibutuhkan beberapa tahapan lagi untuk dapat hamil.
“Suami saya ngerti dan tahu kondisi saya. Dia enggak pernah maksa saya supaya bisa hamil. Tapi yang namanya suami, tetap mengharapkan saya bisa punya anak jika memang memungkinkan,” tuturnya.
Satu yang disyukuri Ratna. Sejak divonis mengidap HIV 7 tahun silam. Dia tidak pernah sampai droop layaknya penderita HIV lain. Kecuali saat awal melahirkan. Ketika itu dia mendapatkan penangganan intensif dari tim dokter RS AW Syahrani.
“Alhamdulillah, enggak pernah droop lagi. Saya juga ngak mau memikirkan penyakit. Saya seperti orang sehat lainnya. Saya bisa bekerja. Hidup normal. Saya percaya hidup mati sudah ada yang mengatur,” ucapnya.
Sejauh ini diakui bahwa dari keluarga besarnya, baru ada dua orang yang mengetahui dia mengidap HIV. Pertama kakak ipar dari almarhum Andre. Kedua adalah Rudi, suami sekarang. Selebihnya Ratna menutup rapat-rapat.
“Kedua orang tua sengaja enggak saya kasih tau. Karena mereka memiliki riwat penyakit darah tinggi. Makanya mendingan enggak usah saya beritahu,” katanya.
Namun ibarat kata. Sepandai-pandai bangkai disembunyikan suatu saat pasti tetap tercium juga. Jika memang kerabat keluarga yang lain nantinya telah tau penyakit yang dideritanya. Ratna telah siap menghadapi itu. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: