Konon di tahun 1998, Ilung merupakan salah nama populer untuk anak laki-laki. Ilung biasanya dipakai sebagai naman depan. Misalnya Ilung Darma Putera, Ilung Surya Astarana, Ilung Ilham Dwiyantara dan seterusnya. Beberapa daerah yang banyak memakai nama Ilung sebagai nama depan anak laki-lakinya adalah Taliwang, Mentomoi, Lumajang, Jember dan Tanggerang.
Ketika adik Mustofa lahir, mamaknya mengusulkan nama Ilung sebagai nama depan Roni Mastiko. Namun nama ilung batal diberikan karena nasehat dari para tetua di tepian Sungai Karang Mumus.
“Ilung itu nama tanaman air yang banyak tumbuh di Sungai Karang Mumus, tempat udang biasa bersembunyi atau bertelur,” ujar para tetua waktu itu.
“Jangan sampai nama itu jadi beban untuk anak ini nanti,” lanjut mereka.
Dan beruntung Roni Mastiko adik Mustofa tak jadi dinamai Ilung. Sebab bukan tak mungkin jika menyandang nama itu akan jadi bahan olok-olokan. Ilung adalah sebutan orang Samarinda untuk Enceng Gondok yang banyak tumbuh di sepanjang aliran Sungai Karang Mumus.
Seingat Mustofa, guru di sekolahnya pernah menerangkan bahwa Enceng Gondok, tumbuhan air yang mengapung itu mempunyai banyak nama setempat. Ada yang menyebutnya Kelipuk, Ringgak, Ilung-Ilung dan Tumpe.
“Ilung ini mempunyai kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga kerap dianggap sebagai gulma atau tanaman hama yang merusak perairan,” terang guru Mustofa waktu itu.
“Tanaman ini suka hidup di kolam dangkal, tanah basah, rawa, aliran air lambat, danau dan sungai. Kemampuan adaptasinya tinggi termasuk terhadap racun di dalam air,” lanjutnya.
Ketika gurunya menerangkan panjang lebar, pikiran Mustofa justru melayang pada pandangan sehari-harinya di atas Sungai Karang Mumus. Ketika hujan di hulu, biasanya rombongan Ilung hanyut mengikuti aliran air. Sesekali mirip pulau yang agak besar, bergerak lambat dan tak jarang tertambat pada tiang bawah rumah atau tiang jembatan.
Bukan sekali dua kali Mustofa menyaksikan hamparan Ilung yang bertumpuk akibat tertahan oleh tiang-tiang jembatan kayu yang rapat. Sungai menjadi tertutup sehingga sulit untuk dilewati oleh satu dua perahu yang masih rutin melalui Sungai Karang Mumus. Hamparan Ilung yang bersatu dengan aneka sampah lain termasuk bangkai binatang, lama kelamaan akan menimbulkan bau yang tak sedap.
Biasanya ada satu atau dua orang yang merasa terganggu, kemudian tergerak untuk mengurai tumpukan Ilung itu. Ilung dan sesampahan lainnya akan didorong ke arah muara, agar hanyut terbawa air hingga tak ada tumpukan Ilung dan sampah di bawah jembatan.
Mustofa sudah tak memperhatikan lagi ketika gurunya menerangkan dampak negatif pertumbuhan Ilung di sungai. Ilung akan meningkatkan penguapan air, menghambat sinar matahari masuk dalam air, menjadi habitat vektor penyakit, Ilung yang mati akan larut ke dasar menyebabkan pendangkalan, menghambat arus transportasi dan mengurangi keindahan sungai.
“Mumus, menurut kamu Ilung bisa dimanfaatkan untuk apa?” tanya guru.
Mustofa tak mendengarkan pertanyaan gurunya. Pikirannya masih asyik memutar kembali gambaran Ilung yang dilihatnya hampir setiap saat.
“Mumus … apa manfaat Ilung,” tanya guru lagi.
Barulah Mustofa gelagapan saat tahu bahwa ada pertanyaan diajukan untuknya.
“E..e … anu,”
“Iya apa manfaat Ilung?”
“Kata orang-orang tua, dulu di Ilung itu banyak Udang, jadi Ilung adalah tempat bersembunyi Udang, karena di Sungai Karang Mumus tak ada batu” jawab Mustofa.
Sontak teman-teman lainnya tertawa. Ingat pepatah ada udang di balik batu, yang kemudian dipararelkan oleh Mustofa ada udang di balik Ilung.
“Diam ..anak..anak, apalagi?”
“Kalau di televisi, Ilung itu dimanfaatkan untuk aneka kerajinan, ada juga yang mengolah menjadi pakan ternak, biogas, media tanam dan lain sebagainya. Banyak pokoknya kalau gak percaya lihat saja di google,” ujar Mustofa.
Jawaban meyakinkan dari Mustofa tetap memancing tawa teman-temannya.
“Ada lagi, ini dari google,” ujar Bondan.
“Ilung meski dianggap gulma, tapi mempunyai kegunaan untuk menyerap logam berat dalam air juga bahan polutan lainnya,” terang Bondan.
Dan karena jawaban itu, HP Bondan disita, sebab disekolah tidak boleh membawa HP yang bisa dipakai untuk mengakses data.
Untungnya saat pulang HP Bondan dikembalikan sambil diberi peringatan. Jika ketahuan membawa HP yang bisa mengakses internet lagi, HP akan disita dan hanya diberikan jika diambil oleh orang tua.
Dalam perjalanan pulang dari sekolah, Mustofa mengajak Bondan untuk mencari Ilung sesudah ganti baju bermain.
“Kita cari Ilung nanti ya,”
“Buat apa?”
“Kita giling untuk dijadikan masker,”
“Iya masker buat apa?”
“Buat menyerap polutan yang ada di mukamu,” ujar Mustofa sambil lari dan tertawa meninggalkan Bondan yang jengkel bukan kepalang.
Pondok Wira, 05/09/2016 @yustinus_esha
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: