Tak bisa dimungkiri, pesatnya perkembangan teknologi informasi perlahan mulai mengubah pola gaya hidup masyarakat. Termasuk di antaranya gaya hidup membaca yang kini tidak mesti terpaku pada buku secara fisik, melainkan bisa diakses secara digital.
—-
Sebagaimana terlihat dalam data jumlah pengunjung Perpustakaan Umum Bontang, Jalan HM Ardans yang mengalami penurunan sepanjang 2017, bila dibandingkan jumlah pengunjung di 2016. Namun begitu, angka kunjungan ke perpustakaan secara umum diklaim melampaui target yang dipasang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Bontang.
Kepala DPK Bontang, Dobi Rizami mengungkap, selama 2017, target kunjungan yaitu 40.150 kunjungan. Dengan asumsi rata-rata 120 kunjungan per hari. Setelah 2017 berakhir, realisasi kunjungan hingga 31 Desember 2017 pukul 16.00 Wita mencatatkan angka 48.240 kunjungan.
“Realisasi kunjungan 2017 adalah 201 kunjungan per hari. Target kunjungan tercapai 120 persen,” kata Dobi saat ditemui Bontang Post di ruangannya, Senin (12/3) kemarin.
Jumlah kunjungan tersebut terbagi dalam layanan kunjungan di DPK Bontang pada hari kerja yang mencapai 17.894 kunjungan selama 2017. Serta jumlah kunjungan literasi sekolah, perpustakaan keliling dan 11 pojok baca yang mencapai 30.347 kunjungan selama 2017.
Para pengunjung ini tersebar dalam tujuh kategori usia sekolah hingga masyarakat umum. Para pelajar SMA/sederajat menyumbang jumlah pengunjung terbanyak dengan 6.568 kunjungan. Diikuti di bawahnya kelompok mahasiswa dengan 4.095 kunjungan (selengkapnya lihat grafis).
Dibandingkan tahun 2016, angka kunjungan di 2017 mengalami penurunan. Di 2016, tercatat angka kunjungan sebanyak 55.566 kunjungan dari target 36.500 kunjungan. Turunnya jumlah pengunjung tersebut kata Dobi dimungkinkan karena perubahan gaya hidup masyarakat yang kini terbiasa dengan teknologi informasi.
“Secara fisik mungkin tidak datang ke perpustakaan. Tapi masyarakat bisa jadi beralih mengakses perpustakaan digital seperti iKaltim melalui teknologi informasi,” terangnya. “Kami juga di tahun ini tengah mengembangkan perpustakaan digital Bontang yang akan diberi nama iBontang,” tambah Dobi.
Selain beralih ke perpustakaan digital, upaya-upaya meningkatkan minat baca masyarakat turut mempengaruhi turunnya jumlah pengunjung perpustakaan umum. Di satu sisi, memperluas akses terhadap buku. Di antaranya dengan program-program seperti pojok baca di berbagai fasilitas umum di Bontang, hingga memaksimalkan perpustakaan-perpustakaan yang ada di setiap kelurahan.
“Jadi bukannya tidak berkunjung ke perpustakaan umum, melainkan mereka kini lebih memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan dan pojok baca yang ada di sekitar mereka,” jelasnya.
Memang selama beberapa tahun terakhir, DPK gencar melengkapi sarana dan prasarana penunjang untuk semakin meningkatkan minat baca masyarakat. Pengadaan pojok baca misalnya, bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat terhadap buku-buku bacaan di tempat-tempat pelayanan umum seperti rumah sakit, kantor samsat, hingga lembaga pemasyarakatan (lapas).
“Bahkan pojok baca juga tersedia di pangkalan ojek. Kami juga mulai melakukan simulasi pojok baca yang dikelola RT setempat. Kehadiran pojok baca ini sesuai instruksi wali kota menuju Bontang Smart City,” beber Dobi.
Dalam rangka menggiatkan minat baca sekaligus kunjungan ke perpustakaan, dia menyebut DPK berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang ada di Bontang untuk melakukan kunjungan ke perpustakaan umum. Khususnya anak usia TK dan PAUD. Pun begitu, DPK terus melengkapi buku-buku di perpustakaan yang kini telah mencapai 33 ribu judul buku dan 100 ribu eksemplar.
“Langkah-langkah strategis tentunya dengan melengkapi standar perpustakaan daerah sesuai ketentuan. Memaksimalkan sarana dan prasarana, membuka akses perpustakaan ke 15 kelurahan di Bontang, memaksimalkan pembinaan perpustakaan sekolah dari tingkat SD sampai SMA, termasuk perpustakaan khusus yang ada di perusahaan,” urainya.
Dobi beranggapan, minat baca masyarakat diperkirakan akan terus ada seiring tantangan pembangunan yang semakin berat. Karena dari membaca, masyarakat mendapatkan pengetahuan yang menunjang kehidupan, misalnya pengetahuan untuk membuka usaha.
“Membaca dijadikan sarana untuk bisa menghasilkan komoditas ekonomi, misalnya membaca buku tentang cara-cara membuat souvenir yang nantinya bisa dijadikan usaha masyarakat. Seperti kerja sama perpustakaan kelurahan Loktuan yang menjalin kerja sama dengan usaha kecil menengah masyarakat,” tandas Dobi. (luk)
KUNJUNGAN BERDASARKAN KATEGORI
KATEGORI KUNJUNGAN
TK 2.984
SMP 1.420
SMA 6.568
Mahasiswa 4.095
Guru/dosen 96
Pegawai 247
Umum 3.775
Sumber: DPK Bontang
KUNJUNGAN DARI TAHUN KE TAHUN
TAHUN KUNJUNGAN
2011 2.081
2012 19.319
2013 28.888
2014 36.663
2015 37.017
2016 55.566
2017 48.240
Sumber: DPK Bontang
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: