bontangpost.id – Upaya penurunan angka stunting dilakukan di segala aspek. Tak hanya balita, remaja putri hingga calon pengantin pun tak luput dari perhatian.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kalimantan Timur Sri Handayani. Dia mengatakan bahwa stunting merupakan persoalan yang kompleks. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah ialah membentuk tim pendamping keluarga (TPK). Terdiri dari kader posyandu, bidan, dan BKKBN.
TPK ditujukan untuk memberi pendampingan berupa edukasi kepada calon pengantin terkait dengan kesehatan diri sendiri dan bayi, pemberian asi eksklusif, pola konsumsi, infeksi penyakit, sampai sanitasi.
“Saat ini sudah berjalan. Jadi difokuskan untuk memberikan pelayanan dari sebelum menikah, sebelum hamil, hingga melahirkan. Terutama saat golden period,” katanya.
Sementara untuk perempuan usia subur (PUS) yang hamil dalam keadaan kekurangan energi kronis (KEK) akan dilakukan pemantauan, kunjungan rumah, dan intervensi berupa pemberian makanan tambahan (PMT) dari puskesmas setempat.
Sebab diketahui, ibu dengan KEK berisiko melahirkan anak stunting. Untuk itu diperlukan pencegahan, terutama agar kebutuhan gizi ibu dan anak bisa terpenuhi.
“Yang ditekankan adalah pemenuhan gizinya. Kami (bidan) biasanya berkoordinasi dengan ahli gizi puskesmas. Baru dari TPK ikut turun untuk monitoring perkembangannya seperti apa,” sambungnya.
Tercatat, prevalensi balita stunting Kalimantan Timur naik 1,1 persen dari tahun sebelumnya. Yakni 22,8 persen pada 2022, meningkat menjadi 23,9 persen. Sementara di Bontang terjadi penurunan dari 26,3 persen pada 2021 menjadi 21 persen pada 2022 lalu.
Dengan demikian, pencegahan yang dimulai sebelum kehamilan, diharap mampu menurunkan prevalensi bayi stunting. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: