bontangpost.id – Pangan murah yang digelar Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) menuai sorotan. Pasalnya terdapat bahan makanan yakni telur yang dinilai tidak layak dikonsumsi.
Akun media sosial Facebook bernama Emilia Amel terlihat mengeluhkan kualitas telur yang dibelinya dari kegiatan Pangan Murah, Senin (11/12/2023) lalu.
Ia menuturkan, sebelumnya telah membeli satu paket sembako berisi lima kilogram beras, satu liter minyak goreng, dan satu piring telur ayam seharga Rp119.000.
“Telur beberapa busuk, bahkan sudah ada yang mengeluarkan cairan. Sisanya mulai cair putih telurnya. Kotoran ayamnya juga banyak enggak dibersihkan,” tulisnya dalam postingan tersebut.
Dalam unggahan tersebut, ia menyayangkan barang yang sudah mulai tidak layak, namun dipasarkan.
“Apa enggak mau rugi sama stok barang lama yang masih banyak, tapi berkedok bazar pangan atau bagaimana,” sambungnya.
Ia pun meminta agar dinas terkait dapat lebih memerhatikan kualitas barang yang akan didistribusikan. “Jangan asal main terima beres tanpa diseleksi kelayakannya,” ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala DKP3 Kota Bontang Edy Foreswanto menjelaskan, telur tersebut dipasok langsung dari Surabaya sebanyak lima ribu piring. Oleh karena itu, lanjut dia, tidak mudah untuk melakukan quality control.
“Dengan jumlah tersebut, tentu kami tidak dapat mengecek satu per satu. Kami minta maaf jika ada yang mendapat bahan makanan dengan kualitas kurang baik,” jelasnya.
Dikatakan Edy, risiko kerusakan pada bahan makanan pasti ada. Apalagi saat distribusi, sebab melewati perjalanan jauh.
Namun bagi masyarakat yang mendapatkan bahan makanan yang dinilai tidak layak konsumsi, dapat mengembalikannya dan menukarkan bahan makanan tersebut.
“Mungkin ada yang apes dan dapat yang rusak. Tetapi kami tetap membuka kesempatan bila ingin menukar, silakan. Enggak jarang masyarakat tukar barang karena rusak,” katanya.
Selain itu, hal tersebut pun menjadi bahan evaluasi untuk kegiatan selanjutnya, agar pihaknya dapat lebih berhati-hati dan mengupayakan kualitas bahan makanan tetap terjaga.
“Pastinya kami jadikan pelajaran dan masukan juga. Kami upayakan agar hal demikian tidak terjadi lagi,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post