Umat Hindu memiliki kepercayaan bahwa ogoh-ogoh ialah simbol roh jahat. Sebab itu patung tersebut harus dibasmi. Supaya kehidupan di alam mendatang bebas dari gangguan. Pawai ogoh-ogoh dilakukan menjelang Tahun Baru Saka 1942.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
TIGA Patung diangkat menggunakan bambu. Berjalan sambil digoyang-goyangkan oleh pembawanya. Bentuknya pun menyeramkan. Rambut gondrong, gigi bertaring, dan berkuku panjang. Patung itu kerap disebut ogoh-ogoh, merupakan simbol roh jahat yang harus diberantas.
Minggu (15/3/2020), umat Hindu Kota Taman mengarak tiga ogoh-ogoh. Rute pawai dimulai dari depan rumah jabatan Wali Kota Bontang. Selanjutnya menuju Jalan MH Thamrin, ke Jalan R Suprapto, dan berhenti di Lapangan Parikesit.
Ketua Panitia I Ketut Budiarsa mengatakan kegiatan ini dalam rangka memperingati Tahun Baru Saka 1942 yang jatuh pada Rabu (25/3/2020) mendatang. Masuk dalam agenda rutin tiap tahun. Namun, sayangnya tahun lalu kegiatan ini vakum. Dikarenakan permasalahan anggaran. Pasalnya anggaran yang dibutuhkan untuk menggelar kegiatan ini diperkirakan mencapai RP 10 juta.
“Tahun lalu tidak ada dana sama tidak ada sumber daya manusia (SDM),” kata I Ketut Budiarsa.
Ia berharap kepada Pemkot Bontang untuk menjadikan kegiatan ini sebagai agenda rutin. Mengingat dalam pawai tidak hanya keterlibatan umat Hindu. Melainkan 11 paguyuban dan komunitas turut memeriahkan. Di antaranya Paguyuban Nganjuk, Perguruan Pencak Silat Cempaka Putih, dan Bontang Onthel Community (BOC).
“Kami berharap tahun depan dapat dijadikan lomba ogoh-ogoh tahunan,” pintanya.
Sementara Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Bontang, I Ketut Wirta menjelaskan ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Bhuta Kala ialah representasi dari kekuatan alam semesta dan waktu yang tak terukur dan memiliki energi negatif.
“Roh jahat yang menganggu manusia diwujud simbol-simbol yang seram, seperti ogoh-ogoh ini,” kata I Ketut Wirta.
Rangkaian kegiatan selanjutnya ialah melakukan bakti sosial ke Panti Jopo, melakukan kegiatan Melasti, melakukan ritual taur agung kesangan, dan pelaksanaan Catur Brata penyepian. Di mana Umat Hindu harus menjalani puasa, tidak boleh bepergian, tidak menyalakan api, dan tidak bekerja.
Sementara Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni membuka kegiatan pawai ini. Ia pun turut mengucapkan selamat menyambut Tahun Baru Saka kepada umat Hindu di Kota Taman. Pesannya kota Bontang terdiri dari beberapa agama dan kebudayaan. Menurutnya perbedaan itu ialah sebuah anugerah.
“Perbedaan dirangkai dengan kasih sayang maka akan tercipa Bontang yang rukun, damai, dan sejahtera,” pesan Neni. (*/ak/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post