SAMARINDA – Deflasi Kaltim di November 2018 tercatat sebesar minus 0,06 persen. Deflasi ini tidak sedalam bulan sebelumnya. Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI) Wilayah Kaltim, di tingkat nasional, inflasi di November 2018 tercatat sebesar 0,27 persen. Deflasi Kaltim bersumber dari kelompok bahan makanan, sebesar minus 1,75 persen dan kesehatan minus 0,17 persen.
Dikatakan Kepala Perwakilan BI Wilayah Kaltim, Muhamad Nur, untuk kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,34 persen setelah deflasi cukup dalam pada Oktober lalu.
“Pada November 2018, deflasi Kaltim bersumber dari komoditas daging ayam ras yang tercatat sebesar minus 9,47 persen,” ungkap dia, Senin (3/12) kemarin.
Ia menjelaskan, deflasi daging ayam ras merupakan respon dari tingginya harga komoditas tersebut pada Oktober lalu. Mulai bergeraknya penjualan daging ayam beku oleh perusahaan daerah Kota Samarinda juga diperkirakan memberikan alternatif masyarakat dalam berkonsumsi.
“Komoditas lain yang juga mencatatkan deflasi adalah kacang panjang, telur ayam ras, dan tomat sayur yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar minus 15,58 persen, minus 5,33 persen, dan -8,97 persen,” terangnya.
Dikatakan Muhamad Nur, sebagian besar komoditas kelompok bahan makanan masih mengalami deflasi karena konsumsi masyarakat November 2018 yang masih relatif normal.
Namun demikian, beberapa komoditas telah menunjukkan tren peningkatan harga, di antaranya adalah angkutan udara. Pada November 2018, angkutan udara tercatat mengalami inflasi sebesar 9,72 persen.
“Berdasarkan kota pembentuknya, Samarinda mengalami deflasi sebesar minus 0,12 persen, disebabkan oleh bawang merah. Di sisi lain, Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,01 persen karena angkutan udara,” jelasnya.
Risiko inflasi Desember 2018 diperkirakan bersumber dari tingginya kebutuhan masyarakat pada periode HBKN dan akhir tahun baik berupa bahan makanan ataupun transportasi.
Periode libur sekolah yang akan dimulai pada pertengahan Desember 2018 juga berisiko mendorong tingginya konsumsi untuk barang yang bersifat hiburan.
“Kami dan stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum, baik domestik maupun eksternal,” ucapnya.
Selain itu, sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern serta memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.
“Tujuannya untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat. Kami secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5 persen,” tandasnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post