WASHINGTON – Shutdown parsial yang membuat rakyat Amerika Serikat (AS) kelimpungan tidak meluluhkan Presiden Donald Trump. Dia tetap ngotot ingin membangun tembok permanen di perbatasan AS dan Meksiko. Jika keinginannya itu tidak terpenuhi, pemimpin 72 tahun tersebut bakal melanjutkan shutdown parsial.
’’Baru saja meninggalkan pertemuan dengan Chuck (Schumer) dan Nancy (Pelosi). Buang-buang waktu saja,’’ cuit Trump dalam akun Twitter-nya pada Rabu (9/1).
Pada hari ke-19 shutdown parsial, Trump dijadwalkan bertemu dengan para petinggi Partai Demokrat. Termasuk Schumer dan Pelosi. Satu-satunya topik yang mereka bahas adalah anggaran pembangunan tembok.
Karena itu, begitu masuk ruangan, Trump langsung bertanya soal pembangunan tembok permanen di perbatasan AS dan Meksiko. ’’Apa yang akan terjadi dalam 30 hari jika saya menghentikan shutdown? Apakah kalian akan menyetujui regulasi soal Border Security dan merestui pembangunan tembok permanen atau pagar baja?’’ tanya suami Melania itu.
Tentu saja Schumer dan Pelosi menjawab tidak. Karena itu, Trump ngambek. Dia meninggalkan ruangan. Pertemuan pun bubar. ’’Nancy bilang tidak. Saya bilang selamat tinggal. Tidak ada yang bisa disepakati,’’ ungkap Trump dalam cuitannya.
Bagi Trump, keinginannya membangun tembok permanen adalah harga mati. Sebaliknya, Demokrat mati-matian menentang rencana tersebut. Bahkan, sebelum resmi menguasai House of Representatives pekan lalu pun Demokrat sudah menegaskan bahwa anggaran USD 5,7 miliar (sekitar Rp 81 triliun) itu tidak akan lolos.
Hengkangnya Trump dari ruang pertemuan membuat Schumer dan Pelosi berang. Mereka kecewa karena penguasa Gedung Putih tersebut tidak mau berunding. ’’Ini sangat menyedihkan. Kami datang untuk membuat kesepakatan. Kami mendukung penuh pengamanan perbatasan. Hanya, pandangan kami berbeda,’’ papar Schumer kepada Reuters.
Hari ini (11/1) seharusnya menjadi hari gajian perdana para aparatur negara pada 2019. Namun, shutdown parsial yang membuat mereka tidak ngantor sejak 22 Desember menepis harapan untuk gajian. Apalagi, mereka dirumahkan hingga sekarang. Yang bekerja pun tetap tidak gajian. Itu membuat Serikat Pekerja Kementerian Keuangan menggugat pemerintahan Trump.
Shutdown parsial juga memaksa aparat menghentikan sejumlah investigasi kriminal. Federal Emergency Management Agency (FEMA) pun tidak bisa lagi menyalurkan bantuan kepada para korban kebakaran di Negara Bagian California.
Tetapi, Bureau of Land Management (BLM) di Alaska masih bisa melanjutkan proyek ekspansi lapangan migasnya. Padahal, Kementerian Dalam Negeri yang mengepalai BLM masuk daftar instansi yang terdampak shutdown.
’’Banyak yang penasaran mengapa mereka masih beroperasi saat pemerintahan lumpuh,’’ keluh Martha Itta, salah seorang tetua suku lokal di dekat lapangan North Slope. Di lokasi itulah eksplorasi migas terjadi. Itta curiga eksplorasi tersebut ilegal.
Namun, kritik itu tidak membuat Trump berubah. Mengamankan perbatasan adalah prioritas utamanya. Karena itu, dia melawat ke Kota McAllen di Negara Bagian Texas kemarin. Kota tersebut berbatasan langung dengan Meksiko. Trump didampingi Senator John Cornyn dan Ted Cruz.
Di sana Trump dan Cornyn berdiskusi dengan sejumlah pejabat lokal. Di antaranya, wali kota, hakim, dan polisi. Tujuan diskusi itu mempertegas pentingnya pembangunan tembok permanen di sana.
Sayangnya, tidak semua penduduk menyambut baik kedatangan Trump dan rombongan. Kepala Pusat Kupu-Kupu Nasional di Hidalgo County Marianna Trevino-Wright yakin tembok permanen tersebut akan merugikan warga. ’’Saya tidak akan menetap di sini dengan suami saya sampai melahirkan enam anak kalau kondisinya tidak aman,’’ ujarnya. (bil/c4/hep/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: