KEDIRI – Hingga kemarin, polisi berupaya menguak pembunuh Budi Hartanto, guru honorer di SDN Banjarmlati 2, Kediri. Pembunuhan tersebut kelewat sadis. Selain dimasukkan ke koper dalam kondisi telanjang, jasadnya tanpa kepala. Jasad Budi ditemukan di Kali Termas Lama, Desa Karanggondang, Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (3/4).
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera menambahkan, Polda Jatim turun tangan mengusut kasus tersebut. ”Pengusutan dan penyelidikan kasus ini akan diambil alih direktorat kriminal umum,” ujarnya.
Barung memastikan sudah mengantongi sejumlah bukti dan petunjuk di lapangan. Namun, dia enggan menyebutkan apa saja yang didapat. Meski demikian, jenazah korban sudah teridentifikasi. ”Hingga saat ini, sudah ada 13 saksi yang diperiksa,” katanya.
Mereka rata-rata orang terdekat korban. Terutama orang yang terakhir berbicara dengan korban. Termasuk Roni, sepupu Budi. Sebab, kali terakhir Budi pergi bersamanya. Dia ditanya tentang posisi terakhir Budi.
Selain memeriksa saksi, penyidik berfokus pada tempat kejadian perkara (TKP). Yakni, tempat ditemukannya jasad korban di Blitar dan tempat tinggal di Kediri. Menurut Barung, dua lokasi tersebut diduga memiliki keterkaitan. ”Kami akan menggabungkan locus delicti (lokasi terjadinya tindak pidana, Red) di Kediri dan di Blitar Kota,” jelasnya.
Sebab, lanjut Barung, belum dipastikan kapan dan di mana korban dibunuh. ”Kita belum memastikan berapa lama korban sudah dalam kondisi meninggal,” ucapnya.
Tim identifikasi masih memeriksa luka sayatan di tubuh korban. Itu dilakukan untuk memastikan waktu meninggalnya korban. ”Terkait penjelasan motif, itu nanti kami ekspose secara utuh ketika pelakunya sudah diketahui,” tuturnya.
Barung belum bisa memastikan jumlah pelaku yang menghabisi nyawa korban. Namun diduga, pembunuhan itu dilakukan lebih dari satu orang. Ada indikasi bahwa perbuatan tersebut dilakukan secara berkelompok.
Paman Budi, Nasukan Sogleng, mengatakan bahwa keluarganya begitu tersentak saat menerima telepon dari Polres Blitar. Kebetulan Hamidah, ibu korban, yang menerima telepon. Sontak, sang ibu jatuh pingsan. Apalagi dari informasi yang dia terima, anak pertamanya itu meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Sogleng mengatakan, saat pergi, Budi diketahui membawa tas laptop. Tas tersebut juga berisi uang tunai. Hanya, jumlah uang yang dibawa korban hingga kemarin belum bisa dipastikan.
Ada beberapa fakta lain dalam kasus itu. Sebelum dinyatakan menghilang pada Selasa, handphone Budi sempat aktif hingga pukul 22.50. Namun setelah itu, Budi seperti menghilang. Di grup-grup WA yang dia ikuti, nomor tersebut tidak aktif lagi.
Fakta lain adalah kondisi kedai kopi milik korban di area GOR Jayabaya. Menurut paman korban, kondisi kedai kopi yang dilengkapi arena bermain biliar itu porak-poranda.
Sementara itu, tadi malam sekitar pukul 23.00, jenazah Budi Hartanto dibawa ke rumah duka. Walaupun kondisi mayat masih tanpa kepala, penguburan rencananya langsung dilakukan di pemakaman setempat.
Sementara di teras rumah korban di Jalan Tamansari, Kota Kediri, kemarin masih banyak pelayat. Hamidah, ibu Budi Hartanto, terus menangis. Terlihat sekali dia masih meratapi kepergian Budi, anaknya, yang meninggal dengan cara dimutilasi. ”Anak saya itu orangnya memang pendiam, namun sangat ramah dengan siapa pun,” ucap Darmaji, ayah Budi.
Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai penjual susu segar keliling itu tak bisa menutupi rasa terpukulnya atas kematian anak sulungnya tersebut. Apalagi, kepergian Budi mendadak dan tragis seperti itu.
Darmaji menyebutkan, Budi merupakan lelaki yang bertanggung jawab. Di usia muda, Budi menjadi tulang punggung keluarga. Selain merupakan tenaga honorer di salah satu sekolah dasar (SD) di Kota Kediri, Budi menambah penghasilan dengan berbagai usaha. Mulai menjadi pelatih tari hingga membuka kedai kopi. Dari hasil pekerjaan itulah dia bisa membantu orang tua membiayai sekolah dua adiknya.
Di bidang seni tari, nama Budi relatif sudah dikenal. Bukan hanya di Kediri, tapi juga sampai Nganjuk dan beberapa daerah lain. Lelaki yang semasa hidup dikenal taat beribadah itu sering diminta mengajar seni tari. Entah tari modern maupun tradisional. Beberapa sekolah di Nganjuk juga meminta Budi menjadi pengajar dance bagi para siswa mereka.
Budi juga memiliki sanggar tari. Namanya Cika Dance. Sanggar itu bertempat di kompleks ruko GOR Jayabaya. Persis di sebelah kedai kopi milik almarhum. ”Malamnya (sebelum kejadian, Red), sekitar pukul delapan, saya sempat melihat Budi berada di sanggarnya,” ungkap Darmaji.
Kepergian Budi tidak hanya meninggalkan luka yang dalam bagi keluarga, tapi juga orang-orang yang selama ini mengenalnya. Salah satunya Endang Pujiastutik, kepala SDN Banjarmlati 2, Kota Kediri. Selama ini, Budi bertugas sebagai tenaga administrasi. Tepatnya operator data pokok pendidikan (dapodik). Menurut Endang, Budi adalah sosok yang ramah kepada semua orang. Korban juga mudah sekali akrab, termasuk dengan siswa. ”Di sekolah, Budi dengan murid-muridnya sudah seperti kakak beradik,” jelas Endang, menggambarkan keakraban itu.
Sehari sebelum ditemukan tewas, Budi turut andil dalam kegiatan Isra Mikraj di sekolahnya. Sempat diminta sang kepala sekolah untuk menjadi juri salah satu lomba, Budi menolak. Dia lebih memilih menjadi pembawa acara.
Siang, seusai jam sekolah, Budi juga berjalan-jalan ke Kediri Mall bersama teman-temannya. ”Terakhir lihat waktu jalan-jalan,” kenang Nanik, rekan Budi sebagai operator dapodik.
Nanik mengaku akrab dengan Budi. Beberapa kali Budi bahkan menumpahkan curahan hati (curhat) kepada Nanik. Korban sering bercerita tentang kegiatan di sanggar tarinya. Termasuk ketika membuat koreografi untuk murid tarinya.
Budi juga sering curhat masalah pribadi kepada Nanik. ”Pernah dia cerita suka kepada cewek. Namun, karena (hanya, Red) sebagai pegawai honorer, dia merasa minder,” kenang Nanik. (adi/fud/c11/git/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: