Pendidikan adalah sarana untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan. Seorang guru yang professional dalam menjalankan tugasnya sehari – hari tidak hanya dituntut untuk mengajar dan mendidik saja, melainkan harus selalu berinovasi untuk meningkatkan profesionalismenya.
Dalam proses belajar mengajar tugas seorang guru tidak hanya mengajar atau menyampaikan materi saja, tetapi juga bertugas menumbuhkan minat siswa, oleh karenanya dalam menyampaikan materi perlu dilakukan secara menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan paradikma dari penyajian dengan ceramah ke arah penggunaaan banyak media pembelajaran.
Materi Budaya Demokrasi merupakan materi yang diajarkan kepada siswa kelas XI semester 1. Inti materi ini adalah siswa dapat menganalisis pelaksanaan demokrasi yang berkembang di Indonesia dan menunjukkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator materi ini adalah mendeskripsikan prinsip-prinsip budaya demokrasi, menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan reformasi, serta dapat menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak reformasi bergulir di negeri ini, atmosfer demokrasi berhembus kencang di segenap lapis dan lini kehidupan masyarakat. Masyarakat pun menyambut “peradaban” baru itu dengan antusias. Kebebasan yang terpasung bertahun-tahun lamanya kembali berkibar di atas panggung kehidupan sosial. Atmosfer demokrasi itu tampaknya sekarang mulai diimbangi dengan kematangan, kedewasaan, dan kearifan, sehingga kebebasan berfikir dan berpendapat telah mulai disalurkan secara bebas tanpa tekanan.
Nafas demokrasi antara lain tersalurkan melalui pemilihan kepala daerah yang tahun ini sedang terjadi. Pihak yang kalah bertarung tidak mau menerima kekalahan dengan sikap lapang dada. Jika perlu, mereka memaksakan diri untuk melakukan tindakan anarki yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin benih-benih demokrasi di negeri ini akan layu sebelum berkembang. Bagaimana mungkin nilai-nilai demokrasi bisa tumbuh dan berkembang secara kondusif kalau demokrasi dimaknai sebagai sikap besar kepala dan ingin menang sendiri? Bagaimana mungkin atmosfer demokrasi mampu menumbuhkan kedamaian, keadilan, dan ketenteraman kalau perbedaan pendapat ditabukan? Dengan berlatar belakang inilah saya sebagai guru PKn di SMA Negeri 1 Bontang berupaya untuk membumikan budaya demokrasi dikalangan siswa dengan PEMILOS (Pemilihan Ketua OSIS).
Tujuan organisasi sekolah adalah mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial. Dalam pendidikan demokrasi di sekolah kami menekankan pada pengembangan ketrampilan intelektual, ketrampilan pribadi dan sosial. Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan kepada sekolah untuk mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat.
Demokrasi di sekolah dapat diartikan sebagai pelaksanaan seluruh kegiatan di sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara substantif, sekolah demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai Demokrasi Pancasila.
Hampir sekitar 617 siswa SMA N 1 Bontang, Sabtu 14 September menggunakan hak pilihnya dalam PEMILOS (Pemilihan Ketua OSIS) secara serentak. Pemilos adalah sebuah model pendidikan demokrasi dan pemilu di sekolah. Kegiatan ini merupakan implementasi pembelajaran demokrasi dan upaya menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
Sebagaimana layaknya para petugas Pemilu, membentuk lembaga penyelenggara yang disebut Panitia Pemilihan OSIS (PPO), yang bertugas merancang tahapan, jadwal dan program, PPO mempunyai kewenangan membentuk Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih) yang bertugas melakukan pemutakhiran daftar pemilih kepada siswa di setiap kelasnya , dan juga mengangkat Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang berjumlah 9 orang. Lembaga ini dilengkapi juga dengan Pengawas Pemilos yang beranggotakan para guru dan murid yang ditunjuk.
Pemilos juga mengajarkan bagaimana menanamkan sikap dan etika menghormati sebuah perbedaan. Siswa juga paham soal prosedur dan substansi demokrasi, serta bagaimana mengajarkan kepada anak cara berorganisasi. Bahkan sekolah harus menyaring dari puluhan siswa yang mencalonkan atau dicalonkan. Sekaligus menyiapkan materi kampanye dan visi misi. Dengan melakukan kegiatan seperti ini mereka akan terlatih dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, mampu menjalin kerja sama, dapat menerima masukan dan perdapat orang lain serta disiplin dan bertanggung jawab. Semoga upaya ini dapat melatih dan mendidik mereka dan mempersiapkan mereka menjadi pemimpin Indonesia kelak. (***)
Dra. Sri Malayati
SMA N 1 Bontang- Kalimantan Timur
Jl. DI Panjaitan Gg Piano 11 No 59 Bontang- Kaltim
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: