Lakukan Pemantauan, Tangani Menggunakan Pola 90:90:90
Pemkot Bontang terus berupaya memutus rantai penyebaran HIV/AIDS dengan berbagai cara. Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) Bontang pun akan menggunakan pola 90:90:90 untuk penanganannya.
TAK dapat dimungkiri, upaya pemberantasan penyebaran HIV/AIDS memerlukan ketelatenan dan kepedulian yang tinggi.
Untuk itu, Kasi P2P Diskes-KB Bontang Ramsi mengatakan, untuk penanggulangan AIDS dan HIV pihaknya menggunakan pola 90:90:90. Dijelaskan dia90:90:90 ialah, 90 persen pertama menemukan, 90 persen kedua mengobati, dan 90 persen ketiga mempertahankan. “Jadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) harus tahu dengan statusnya (ditemukan) dengan cara mengajak orang dengan risiko tinggi tertular untuk dilakukan tes,” jelas Ramsi saat ditemui di kantornya, Rabu (25/10) kemarin.
Sementara itu, 90 persen yang sedang diobati membantu ODHA lain dalam hal pengobatan, terutama untuk ODHA yang sudah mengetahui status untuk mengikuti program (Anti Retroviral Terapi ) ART .
Namun demikian yang sedikit sulit, dikatakan Ramsi untuk 90 persen mempertahankan mereka yang telah masuk di program pengobatan. Pasalnya, pihaknya harus mempertahankan mereka agar tetap mengikuti program ART dan tetap dalam kondisi yang sehat.
Dikatakan Ramsi, setiap pasien dengan risiko tinggi yang ditemukan harus disarankan untuk mengikuti test HIV terutama untuk para pasien yang terindikasi mengidap TBC dan IMS (inveksi menular seksual) maka para petugas layanan mewajibkan pasiennya untuk mengikuti test HIV .
“Yang jelas jika ada penderita TB atau IMS, kami sarankan juga ikut tes VCT, bukan hanya penderita TB. Untuk menghindari penyebaran HIV, para ibu hamil di awal kehamilannya agar seyogianya mengikuti program tes HIV,” ujarnya.
Instruksi ini lanjut Ramsi, sesuai arahan dari Kemenkes RI yang bertujuan untuk menghindari penularan HIV pada bayi yang baru dilahirkan.
Pada kesempatan itu, Ramsi juga menjelaskan faktor-faktor risiko lain berdasarkan klasifikasi perbuatan berisiko tinggi, di antaranya WPS , pelanggan WPS , LSL ( homoseksual), pengguna napza suntik ( Penasun ) , waria ( transgender ) juga di sarankan untuk mengikuti VCT atau pengetesan HIV secara suka rela.
“Makanya KPA selalu melakukan VCT Mobile untuk menjaring dan menjangkau mereka (orang dengan faktor risiko, Red) bersama seluruh layanan kesehatan di Bontang,” ungkapnya.
Ketika ditemukan orang dengan HIV positif, lanjut Ramsi, pihaknya akan melakukan pemantauan dan juga menyarankan agar segera mengikuti program ART . Yaitu terapi untuk ODHA dengan menggunakan ARV. Tujuannya, agar ODHA dapat kembali sehat , produktif dan kembali berdaya. Bontang juga sudah memiliki layanan untuk mengakses ART yaitu di RSUD Bontang. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: