Wabah covid-19 menggugah kesadaran warga untuk selalu hidup bersih dan sehat. Hal ini pun memicu warga RT 25 Bontang Baru mendirikan terowongan sterilisasi untuk memutus penyebaran virus korona di wilayahnya.
ADA pemandangan tak biasa saat memasuki pintu gerbang RT 25 di Gang Terompet 1 Kelurahan Bontang Baru. Sebuah tenda tarup berukuran 4×3 meter berdiri di jalan itu. Seolah ada hajatan warga yang akan digelar. Namun jika didekati, tenda tersebut terbilang unik. Tak ada tanda-tanda akan ada hajatan, melainkan setiap orang dan kendaraan yang lewat akan disemprot cairan disinfektan. Itulah terowongan sterilisasi buatan warga RT 25 Bontang Baru.
Ketua RT 25 Bontang Baru, Agus Salim menceritakan awal mula pembuatan alat ini. Ia menyebut, pembuatan terowongan sterilisasi untuk mendukung pencegahan penyebaran virus covid-19 di Kota Taman, terutama di kawasan yang dipimpinnya. Warga pun menilai, lebih baik mencegah penyakit. Karena jika sudah sakit, akan banyak biaya yang keluar.
“Jadi setiap orang yang masuk ke sini (RT 25) atau mau pulang ke rumah harus disemprot dulu. Biar steril,” katanya.
Ide pembuatannya, lanjut Agus berawal ketika menonton salah satu acara televisi, yang memperlihatkan ada sebuah terowongan yang menyemprot warga maupun pengendara dengan disinfektan. Melihat itu, Agus terpacu untuk membuat hal yang sama. Bermula dari menguji coba mesin di rumah, kemudian dia pun langsung mengaplikasikannya dengan mengajak sekira 15 orang pemuda di wilayah yang dipimpinnya untuk membantu membuat alat sterilisasi tersebut.
“Kemarin kami buatnya,” ujarnya.
Modal pembuatannya pun relatif murah. Agus menyebut, terowongan sterilisasi ini hanya menghabiskan Rp 500 ribu. Seperti pembelian pompa diafragma seharga Rp 180 ribu, nozzle dan selang untuk pengembun seharga Rp 210 ribu, serta adaptor seharga Rp 60 ribu. Sedangkan tenda yang dipakai, merupakan milik RT 25 dari program pengadaan pemerintah. Drum berisi cairan disinfektan adalah sumbangan warga. Besi pengikat nozzle pun adalah barang bekas.
“Tidak sampai lima ratus ribu, semua dana swadaya masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, cairan disinfektan yang dipakai juga sumbangan dari masyarakat sekitar. Pembuatannya pun berdasarkan tutorial yang banyak tersedia di dunia maya. Sehingga ketika cairan itu habis, warga akan menyumbang kembali.
Ke depan, lanjut Agus, alat ini akan lebih canggih lagi. Karena nantinya tidak perlu lagi ada operator yang menyalakan atau mematikan terowongannya ketika ada warga yang lewat. Sebab akan dipasangkan sensor, sehingga jika ada pengendara atau warga yang lewat, secara otomatis akan semprot sendiri.
“Nanti dipasang sensor, jadi semprot sendiri. Kalau orang udah lewat selama 3 menit baru mati sendiri,” paparnya.
Tidak berhenti sampai di sini langkah kewaspadaan pihaknya terhadap virus korona ini. Dia pun telah memesan alat seharga Rp 1 juta untuk menyemprotkan disinfektan di seluruh rumah warga RT 25.
“Itu semburannya kuat, jarak 6 meter sudah bisa nyembur. Semburannya seperti uap,” pungkasnya. (Zaenul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: