Rencana Pemkot Bontang menggunakan Pelabuhan Loktuan untuk kepentingan bongkar muat batu bara kembali mendapat penolakan. Kali ini, dari warga yang berbatasan langsung dengan Pelabuhan Loktuan. Tak lain, warga Kampung Selambai.
bontangpost.id – Bagi seorang Jamal, warga Kampung Selambai, laut memiliki arti sangat penting. Laut bukan sekadar bentang alam biasa. Atau tempat para muda-mudi menghabiskan waktu sembari memburu senja.
Laut laiknya napas. Ia memberi, dan merawat kehidupan. Sebab dari sana, selama lebih 30 tahun, kehidupan Jamal ditopang hasil laut. Sejak dia duduk di bangku sekolah dasar (SD), hingga kini membangun keluarga sendiri.
Warga RT 04 Kampung Selambai ini mengaku sangat menentang dan kecewa terhadap pemerintah. Karena menggulirkan rencana memanfaatkan Pelabuhan Loktuan untuk bongkar muat batu bara.
Sedang mereka tahu, bukan cuma Jamal yang bergantung dari laut. Tapi banyak warga Selambai lain, yang sama-sama menggantungkan nasib sebagai nelayan.
“Mati kehidupan kalau ada orang bongkar muat batu bara di sana (Pelabuhan),” kata Jamal, ketika disambangi di Kampung Selambai, Kamis (25/2/2021) sore.
Dibeberkan Jamal, pernah ada satu kejadian, sekira medio 2013 silam, ada kapal ponton bermuatan pupuk tenggelam di perairan Kampung Selambai.
Tak berselang lama usai kejadian itu, ikan yang disebar di beberapa tambak milik warga mati seketika. Walhasil, nelayan merugi.
Kata Jamal, sejatinya ponton bermuatan batu bara beberapa kali terlihat. Tidak bongkar muat di Pelabuhan Loktuan, tapi di pelabuhan milik perusahaan yang juga berbatasan langsung dengan perkampungan atas laut itu. Meski posisinya lebih jauh. Tapi ketika angin bertiup ke utara, debu batu bara masih saja terhirup warga. Tebal, dan bikin susah bernapas.
“Apalagi mau ada kegiatan batu bara. Mau jadi apa kami di sini,” ungkapnya
Bila wacana itu direalisasikan, warga khawatir hasil laut andalan seperti ikan tongkol, bawis, layang, teri, dan kepiting bakal sulit dijaring.
Senada diungkapkan warga RT 05 Kampung Selambai, Hamzah (50). Kata dia, rencana pemerintah itu sangat tidak sensitif dengan kesulitan warga setempat. Nyaris saban sore, sebutnya, menghirup limbah amoniak dari mega pabrik dekat Kampung Selambai. Kini pemerintah malah mau menambah dengan debu batu bara.
“Sudah sering juga kapal batu bara lewat sana (pelabuhan perusahaan). Lebih jauh dari pelabuhan Loktuan. Tapi debunya itu sampai sini. Mau pakai masker juga tetap terasa,” katanya.
Selain dinilai tak peka dengan kesulitan warga, rencana itu dinilai cukup aneh. Secara spesifik, pemerintah Kota Bontang memproyeksikan Kampung Selambai sebagai destinasi wisata unggulan. Bahkan ikon masa depan Bontang, yakni masjid terapung, dibangun di pertengahan antara Pelabuhan Loktuan dan Kampung Selambai.
“Katanya mau dijadikan lokasi wisata. Siapa mau datang nanti kalau banyak debunya,” tutupnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: