WASPADA!!! Penyebaran Virus DBD Berpotensi Meningkat 

Muhammad Ramsi(DOK/BONTANG POST)

BONTANG – Agustus ini, penyebaran nyamuk aedes aegypti sebagai penyebar virus demam berdarah dengue (DBD) diprediksi meningkat. Hal ini berdasarkan data Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) Bontang, jika angka tertinggi kasus DBD selalu terjadi di Agustus. Bahkan 2016 lalu kasus DBD pernah menjangkiti 122 penderita dan 8 jiwa tak terselamatkan.

“Kami memakai data dengan format pola maksimal dan minimal. Jika dihitung dari empat tahun lalu, puncak jumlah penderita terbanyak ada di Agustus,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Diskes-KB Bontang Muhammad Ramsi, Kamis (2/8) lalu.

Dikatakan Ramsi, meskipun kini kondisi cuaca dan lingkungan mengalami banyak perubahan. Namun data tersebut dapat menjadi imbauan kepada warga untuk waspada dan lebih menjaga kebersihan lingkungannya. “Apalagi saat ini sudah masuk musim penghujan. Jika kebersihan lingkungan tidak diperhatikan, maka nyamuk terus bertambah,” ujarnya.

Pada tahun ini, angka penderita DBD sejak Januari hingga Juli mencapai 130 kasus. Dengan total terbanyak dipegang oleh Kelurahan Tanjung Laut sejumlah 33 kasus. Disusul kelurahan Api-Api 21 kasus. Sedangkan di posisi ketiga dengan 12 kasus disandang oleh Kelurahan Berebas Tengah.

Total ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya terdapat 133 kasus mulai Januari hingga Desember. Oleh sebab itu, Diskes-KB mengimbau kepada warga untuk meminta serbuk abate di Puskesmas sesuai dengan jumlah tempat penampungan air. Mengingat pembubuhan serbuk abate atau larvadisasi ini masuk dalam salah satu upaya pencegahan.

“Warga bisa memperolehnya di Puskesmas, tanpa dipungut biaya,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Bontang Selatan I, dr Islakhiyah meminta kepada warga untuk segera melapor jika ada penderita yang diduga terkena penyakit DBD. Selain untuk memberikan perawatan kepada pasien, petugas puskesmas juga akan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Sehubungan potensi penyebaran penyakit dalam satu cakupan lokasi.

“Pelaporan maksimal 1×24 jam. Warga cepat lapor supaya tindakan yang diberikan juga cepat,” kata dr Islakhiyah.

Meskipun petugas kebersihan rutin membersihkan parit, namun Islakhiyah meminta agar warga tetap rutin menggelar kerja bakti. Pasalnya dengan pemberantasan saran nyamuk (PSN) maka telur dan jentik pun dapat dibasmi. Menurutnya pengasapan (fogging) yang biasa dilakukan hanya membunuh nyamuk tetapi tidak membunuh telurnya.

“Walaupun petugas kebersihan sudah membersihkan tetapi mereka hanya mengerjakan di area tertentu saja contohnya jalan dan parit. Seperti semak belukar yang ada di pekarangan rumah tidak dijangkau mereka,” pungkasnya. (ak)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version