BONTANG – Empat hari belakangan, Kota Taman telah diguyur hujan. Mengantisipasi terjadinya musibah banjir, kegiatan normalisasi sungai telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang. Namun sepanjang 16 kilometer lebih panjang sungai yang ada di Bontang belum dilakukan upaya tersebut.
Kepala Bidang Kebersihan DLH Saharuddin memaparkan 6,5 kilometer dari Sungai Bontang telah dinormalisasi. Tersisa sekira 7,5 kilometer dari total 14 kilometer sungai itu. Sementara Sungai Siagian baru sekira 800 meter yang telah dikeruk sedimennya.
“Memang sungai mati juga kami normalisasi. Seperti Sungai Siagian dan anak sungai di samping Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Tetapi belum semuanya. Masih sebatas di belakang pondok pesantren Hidayatullah hingga Kenari Water Park,” kata Sahar.
Upaya normalisasi pun dilakukan di sungai yang berada di Kelurahan Guntung. Akan tetapi sungai yang telah disasar melalui kegiatan itu baru Sungai Kanibungan hingga Sungai Merah. Sedangkan Sungai Guntung belum dilaksanakan karena DLH belum dapat melakukan pengukuran. Akibat panjang sungai itu tidak terdeteksi melalui aplikasi google maps.
“Kalau Sungai Kanibungan sampai ke Sungai Merah sudah tuntas,” ucapnya.
Selain mengeruk sedimen material yang mengendap, pelebaran sungai pun dilakukan. Tiap titiknya berkisar satu hingga dua meter. Namun, kendala yang dialami ialah rapatnya beberapa hunian warga yang berada di bantaran sungai. Termasuk tanaman di perkebunan milik warga di samping sungai.
“Sempat ada yang meminta ganti rugi. Tetapi upaya persuasif kami lakukan dengan menggandeng pihak kelurahan. Gejolak itu pun akhirnya berhasil diredam,” sebut dia.
Berdasarkan pengamatan DLH, pelebaran ini diperlukan mengingat struktur tanah di Bontang bersifat labil. Sehingga di samping normalisasi membutuhkan penurapan sungai. Jika tidak maka ancaman longsor bisa terjadi. Titik yang membutuhkan segera penanganan ialah di Kelurahan Apiapi. Sebab kelurahan ini terdapat banyak permukiman di bantaran sungai.
“Kalau yang lainnya seperti Kelurahan Gunung Elai maupun Bontang Kuala di luar perkampungan warga. Jadi yang lebih urgent memang Apiapi,” terangnya.
Proses normalisasi saat ini menggunakan dua alat, Meliputi ekskavator amfibi dan ekskavator long arm. Masing-masing satu unit. Jadwalnya pun rutin tiap hari. DLH juga mempunyai kru parit yang bertugas membersihkan saluran air maupun sampah yang menyangkut di konstruksi jembatan.
“Kami selalu mengecek. Ketika tim ini diperlukan maka akan turun ke lokasi normalisasi,” pungkasnya. (*/ak/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post