17 Pengungsi Korban Gempa Palu Bersandar di Bontang, “Saya Lihat Kepala Manusia Tersangkut”

BUTUH BANTUAN: Korban gempa Palu, H Ishak AM (50) bersama istrinya Hj Mirawati (50) sedang beristirahat di salah satu rumah milik warga di Kelurahan Berbas Pantai. (Mega Asri/Bontang Post)

BONTANG –  Sebanyak 17 orang warga Palu terdiri dari 4 Kepala Keluarga (KK) yang merupakan korban gempa dan tsunami Jumat (28/9) lalu, mencari perlindungan di Bontang. Dengan menggunakan kapal nelayan, mereka tiba di Kota Taman Selasa (2/10) kemarin, pukul 14.30 Wita. Mereka mencari tempat aman untuk ditinggali.

Trauma masih dirasakan para korban gempa Palu meski sudah aman berada di Kota Bontang. Salah satu di antaranya H Ishak AM (50) dan istrinya, Hj Mirawati (50) serta anak bungsunya, Muhammad Nur (13).

Muhammad Nur duduk terdiam dan sesekali membantu ayahnya menjawab pertanyaan wartawan Bontang Post. Gempa disertai tsunami menjadi pengalaman traumatis yang sulit ia lupakan. Ditanya bagaimana perasaannya ketika di Kota Palu saat terjadi tsunami, Nur –sapaannya– hanya mengatakan dirinya takut saat merasakan tsunami menerjang mobilnya. Apalagi, Nur juga tidak bisa berenang.

“Saya takut lihat laut. Saat saya masih di dalam mobil, saya lihat kepala manusia tersangkut tanpa ada tubuhnya,” ujarnya.

Diceritakan ayah Nur, Ishak, Jumat (28/9) lalu, mereka bertiga baru pulang dari Donggala dan hendak pulang ke rumah mereka di Jalan Cemangi, Nomor 9, Kelurahan Boyaoge, Palu. Namun saat di perjalanan, ketiganya merasakan guncangan gempa yang sangat keras, hingga akhirnya mobil Daihatsu Ayla yang dikendarai Ishak berhenti. Setelah gempa reda, Ishak pun melanjutkan perjalanannya.

Tak disangka, tsunami tiba-tiba datang menerjang mobilnya, hingga air sempat menenggelamkan mobilnya. “Saat itu, memang kami sedang melintas di pinggiran pantai. Setelah gempa tenang, hitungan detik saja, air langsung naik,” cerita Ishak di salah satu rumah warga di RT 18, Kelurahan Berbas Pantai.

Ketika mobil terombang-ambing ke sana ke mari, ketiganya lantas berusaha menyelamatkan diri. “Jadi kami diterjang tsunami saat di dalam mobil. Mobil kami hancur. Tapi alhamdulillah kami masih diselamatkan oleh Allah SWT, karena dalam kondisi yang tidak berdaya, Allah punya cara sendiri untuk menyelamatkan kami,” ungkapnya.

Pascagempa dan tsunami di Palu, mereka kebingungan hendak pergi ke mana. Kata Ishak, awalnya mereka sempat bermalam di Palu selama dua malam. Setelah itu, barulah ada inisiatif mau pergi ke Makassar. Sehingga Ishak dan keluarga pun bergerak menuju bandara. “Tetapi di bandara hanya ada pesawat Hercules dua unit. Sementara jumlah korban ribuan, jadi saya mengurungkan niat,” kata dia.

Beberapa pengungsi asal Palu makan bersama sesaat tiba di Bontang, Selasa (2/10) sore kemarin. (Mega Asri/Bontang Post)

Dari bandara, Ishak memutuskan untuk ke Donggala mendatangi kapal ikan miliknya. Beruntung masih ada 4 kapal dalam kondisi baik. Setelah Bahan Bakar Minyak (BBM) dari 4 kapal disatukan, Ishak pun memutuskan berlayar ke Bontang bersama keluarganya dan beberapa korban lain ikut dengannya.

“Kami berpikir tidak ada harapan keluar dari kota apalagi fasilitas hanya dua unit pesawat hercules. Setelah mengingat adik saya di Bontang, maka saya pun langsung berlayar ke Bontang,” bebernya.

Mereka berangkat menggunakan kapal nelayan dari Donggala pada Senin (1/10) lalu sekira pukul 19.00 Wita dan tiba di Bontang pada Selasa (2/10) sekira pukul 14.30 Wita.

Pengalaman pilu juga diceritakan Endang Sriwahyuni, warga Donggala. Saat kejadian dirinya bersantai di depan rumah. Begitu gempa, ia langsung mengambil kedua anaknya dan ia ikatkan jilbabnya ke anaknya, agar tidak hilang.

“Saya langsung berdiri. Baru kali itu guncangannya keras sekali, saya kira kiamat mau datang, dasyat sekali gempanya. Saya waktu itu langsung lari ke jalan poros, karena kanan kiri rumah tinggi. Saat lari, orang-orang teriak air laut surut. Saya ingat kalau surut berarti mau tsunami, jadi saya lari ke atas gunung sambil pegang dua anak saya,” kata Endang, yang bermukim di dekat pantai.

Sementara Kamarudin(42), saat kejadian ia sedang di atas kapal. Begitu air laut surut, ia langsung loncat dari kapal menuju dermaga. Tiba-tiba air sudah menerjang, namun ia berhasil naik rakit dan hanyut 4 jam lamanya.

“Di situ saya bisa selamatkan diri dan akhirnya saya bisa naik jembatan, saya lari ke atas gunung,” kata dia.

Sementara itu, Tim LK3 Bontang akan segera menindaklanjuti penanganan para korban gempa dan tsunami yang baru tiba di Bontang. petugas LK3, Tri dan Ratna akan memberikan terapi pascagempa dan tsunami.

Sebagai informasi, korban tertua yang bersandar di Bontang berusia 50 tahun dan termuda berusia 4 tahun. Untuk sementara, mereka yang memiliki keluarga di Bontang tinggal bersama keluarga. Sementara yang tidak memiliki keluarga tinggal di rumah milik H Faisal di RT 18, Kelurahan Berbas Pantai.(mga)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor