SAMPIT – Ada 27 adegan yang diperagakan Jupriyanto alias Odot (18) saat menghabisi nyawa Sandi (26) di Desa Wonosari, Kecamatan Tualan Hulu, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur pada Jumat (4/1) lalu.
Hal itu terungkap saat rekonstruksi kasus pembunuhan oleh adik bungsu terhadap kakak kandungnya di Jalan Pelita Barat, kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Rabu (23/1). Pembunuhan ini terjadi karena Odot jengkel terhadap Sandi yang sering mabuk hingga marah-marah dan mengancam orang tuanya.
Satu persatu adegan diperagakan Odot. Suasana di rumah tempat rekonstruksi juga hampir sama dengan suasana di rumah tempat kejadian perkara. Rekontruksi dihadiri Kapolsek Parenggean AKP Donny Bayuanggoro, Kasi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Kotim Lutvi Tri Cahyanto hingga para saksi.
Adegan pertama terjadi saat korban datang ke rumah sekitar pukul 16.45 WIB dalam kondisi mabuk. Korban diperankan pengganti. Pada adegan kedua, korban datang ke rumah sambil marah-marah dan merobohkan kendaraan. Adegan ketiga, dia mendatangi ibunya Berkiah yang sedang memasak di dapur. Saat itu, Sandi sempat memukul pintu dapur.
Adegan keempat, Sandi mendatangi ayahnya yang sedang membersihkan rumput di samping rumah. Korban bermaksud merebut parang yang digunakan ayahnya untuk membersihkan rumput. Karena tak bisa merebut parang dari ayahnya, Thamrin, korban pun mencari adiknya Odot.
Saat bersamaan Odot yang merupakan adik bungsu tersangka datang usai mancing ikan dari arah belakang rumah. “Kenapa kamu menuduh aku, aku tidak ada memakai sepeda motor,” ujar tersangka saat memperagakan adegan ke tujuh.
Karena emosi, korban bermaksud ke dalam rumah untuk mengambil parang, tapi Odot lebih cepat mendapatkan senjata tajam dengan panjang 69 cm tersebut. Korban pun meloncat bermaksud untuk lari dari rumah panggung mereka. Namun dikejar Odot dengan parang di tangan kanan. Karena terdesak, korban berhenti dan sempat mengatakan dengan kata menantang Odot untuk membacoknya jika berani.
Adik bungsunya pun gelat mengarahkan senjata tajam ke kakaknya. Mulai adegan ke-13 sampai 20, Odot menghabisi kakaknya. Awalnya dia membacok tangan kanan hingga luka robek 12 cm.
Adegan ke-14 kembali tersangka mengayunkan parang hingga mengenai dada kakan korban dengan luka sampai tulang dengan pajang 29 cm dan lebar 10 cm, hingga paru-paru.
Saat itu korban yang sudah tak berdaya mencoba memegang dinding hingga posisi tubuh yang membalik membelakangi tersangka. Odot pun kembali mengayunkan parang ke tubuh kakaknya hingga mengenai kepala belakang sampai leher belakang. Akibatnya korban mengalami luka 19 cm dan lebar 2 cm pada kepala dan leher hingga mengeluarkan sebagian otak. Korban pun meninggal dunia di tempat.
Odot sempat mengecek kondisi kakaknya yang tergeletak setelah dibacok tiga kali. “Saya melakukannya karena dia mabuk. Saya sudah khilaf. Saya tidak melarikan diri, karena saya salah. Pernah juga ditampar olehnya (Sandi, red) dan dia pernah mengancam orang tua. Dia suka mabuk sudah dari tahun 2016,” kata Odot usai rekonstruksi di Jalan Pelita Barat, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, kemarin.
Adegan pun berlanjut hingga adegan 21, tersangka dan ayahnya, Thamrin mengangkat jenazah sandi ke dalam rumah. Rekonstruksi berlanjut hinggga 27 adegan sampai jenazah Sandi berada dalam rumah.
Kapolres Kotim AKBP Mohammad Rommel melalui Kapolsek Parenggean AKP Donny Bayuanggoro mengatakan, rekonstruksi yang dilakukan berjumlah 27 adengan. “Rekonstruksi kami lakukan untuk memperjelas kronologis kasus pembunuhan, sehingga pada saat persidangan kasus ini mendapat titik terang, tidak ada hambatan. Untuk jumlah adegan sebanyak 27 adegan,” ungkapnya. (ais/ens/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: