KETAKUTAN pada penularan virus 2019-novel Coronavirus (2019-nCov) melanda berbagai negara. Kemarin (27/1/2020) pemerintah Malaysia melarang kunjungan turis dari Wuhan dan kota-kota lain di sekitarnya. Malaysia tidak akan mengeluarkan visa lebih dulu untuk penduduk dari wilayah tersebut. Sejauh ini sudah ada 4 orang yang positif tertular di Malaysia.
Pemerintah Jerman juga mendesak penduduknya agar tidak pergi ke Tiongkok lebih dulu. Mereka berencana mengevakuasi penduduk Jerman yang berada di Wuhan. Tindakan serupa sudah dilakukan oleh AS dan Prancis. Saat ini masih ada 4.096 turis yang terjebak di Wuhan.
Hingga Senin (27/1/2020), pencegahan penularan virus yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei itu masih belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Sebaliknya, penularan virus yang disinyalir berasal dari binatang liar itu kian meluas. Sebanyak 81 orang telah kehilangan nyawa akibat 2019-nCov. Selain itu, 2.821 orang positif tertular di Tiongkok saja. Tidak termasuk wilayah otonomi khusus Hongkong dan Macau. Total di seluruh dunia mencapai 2.882 kasus.
Versi para peneliti, jumlah itu hanyalah ujung gunung es. Akademisi di University of Hong Kong (HKU) memperkirakan, hingga Sabtu (25/1/2020) sudah ada 43.590 orang yang tertular virus tersebut di Wuhan saja. Itu termasuk orang-orang yang penularannya masih dalam tahap inkubasi alias tidak menunjukkan tanda-tanda. Mereka yang sudah menampakkan tanda tertular mencapai 25.630 orang.
”Jumlah itu akan naik dua kali lipat sekitar 6 hari ke depan,” ujar Dekan Fakultas Kedokteran HKU Gabriel Leung seperti dikutip South China Morning Post. Dia menggunakan penghitungan matematis berdasarkan kasus-kasus di seluruh dunia.
Leung mengungkapkan, penularan dari manusia ke manusia sudah terjadi di kota-kota besar di Tiongkok. Karena itu, dia meminta agar semua orang bersiap karena ini akan menjadi wabah global. Mereka memperkirakan bahwa infeksi di lima kota besar di Tiongkok akan mencapai puncaknya pada akhir April atau awal Mei. Lima kota tersebut yaitu Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan Chongqing.
Perkiraan para akademisi HKU bisa jadi benar. Sebab, Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang mengungkap bahwa sekitar 5 juta orang telah meninggalkan kota sebelum isolasi diberlakukan. Bisa jadi mereka dalam tahap inkubasi.
Direktur Komisi Kesehatan Tiongkok Ma Xiaowei menjelaskan bahwa periode inkubasi mencapai 10-14 hari. Pada tahap ini, seseorang sudah bisa menularkan virus ke orang lain meski dia tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Untuk menekan penularan, pemerintah Tiongkok memperpanjang libur nasional tahun baru Imlek hingga Minggu (2/2/2020). Shanghai bahkan meminta agar segala bisnis ditutup lebih dulu hingga 10 Februari. Larangan itu berlaku untuk semua perusahaan kecuali perusahaan medis, pemasok obat-obatan, dan supermarket.
Senin (27/1/2020) Perdana Menteri (PM) Tiongkok Le Keqiang berkunjung ke Wuhan. Dia ditunjuk sebagai ketua satgas khusus penanganan 2019-nCov. Di saat bersamaan, Dirjen Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berada di Beijing untuk membahas masalah virus tersebut dengan para pakar kesehatan dan pemerintah Tiongkok. Sampai kemarin, WHO belum mengeluarkan status darurat global.
Virus mematikan itu sejatinya sudah muncul sejak akhir November. Namun pemerintah Tiongkok baru memberitahu WHO pada akhir Desember. Itu mengingatkan akan penularan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang awal penyebarannya sempat ditutupi oleh pemerintah Tiongkok.
Sementara itu, penduduk Wuhan yang diisolasi mulai resah. Dalam video yang beredar di kanal YouTube, salah satu penduduk mengungkapkan bahwa stasiun pengisian bahan bakar tutup. Jalanan sepi, tidak ada kendaraan umum yang beroperasi. Orang-orang yang sakit kesulitan pergi ke rumah sakit. Saluran panggilan darurat juga selalu sibuk. Kalau toh mereka di rumah sakit, para pasien dibiarkan begitu saja karena kurangnya tenaga medis. (sha/oni/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: